Ilustrasi
Denpasar, (Metrobali.com)-
Tekanan keras ekonomi Bali di Masa Puncak Pandemi sangat dirasakan oleh masyarakat Bali. Terlebih bagi masyarakat kecil yang ekonominya sangat lemah akan terasa dampaknya. Untuk makan sehari hari saja mereka kalang kabut menghadapinya.
Hal tersebut dikatakan pengamat sosial dan ekonomi I Gde Sudibya kepada metrobali.com, Jumat (5/2) di Denpasar.
Dikatakan, berdasarkan data yang diterbitkan BPS tentang pertumbuhan ekonomi tahun 2020 yang baru saja berlalu, ekonomi Bali mengalami kontraksi terdalam yakni minus 9,31 persen. Jauh lebih besar dari rata-rata  pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh negatif 2, 07 persen,  DKI Jaya  tumbuh negatif 2,36 persen, DI Jogyakarta tumbuh negatif 2,69 persen.
“Data makro ekonomi ini, memberikan penggambaran terhadap turun tajamnya ekonomi Bali, dengan konsekuensinya, masyarakat bawah secara ekonomi yang punya penghasilan kecil dan atau tidak tetap, paling berat dan menderita akibat kontraksi ekonomi ini,” kata Gde Sudibya saat menanggapi keluhan para netizen di media sosial.
Dikatakan, upaya pemulihan ekonomi menjadi bukan perkara mudah, terlebih-lebih di masa puncak pandemi di hari-hari ini. Mengelola keseimbangan antara: pengendalian pandemi dengan upaya pemulihan ekonomi, di tengah risiko tinggi pandemi, kalau tidak cerdas bisa berakibat fatal: kasus penularan terus menaik, upaya pemulihan ekonomi  terancam gagal.
Menurut Gde Sudibys, sekaran yang diperlukan adalah: aksi, untuk menjawab pertanyaan, bagaimana menghidupi rakyat kecil: pelaku usaha formal, informal skala kecil, buruh, petani dan nelayan skala kecil, karyawan/wati formal dengan income kecil bisa bertahan hidup, maaf, tidak sampai kelaparan.
Bagaimana menyelamatkan properti para pengusaha industri pariwisata dan industri lainnya, terlebih-lebih untuk skala menengah dan kecil, dari risiko kebangkrutan, dan kemudian dilelang dengan  harga miring, yang nota bene akan jatuh ke orang-orang  dauh jurang dan atau dura negara.
Yang penting dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah bagaimana kebijakan penyelamatan ekonomi Bali harus dirumuskan ( Bali safeguard economic policy ) untuk satu tahun ke depan, di tengah masa puncak pandemi di hari-hari ini.
Berdasarkan catatan, data harian pandemi selama bulan Januari 2021, berkisar antara 250 kasus sampai sedikit di atas 500 kasus, kasus hari ini dilaporkan 504 kasus. Jauh lebih tinggi dari rata-rata kasus harian triwulan IV 2020 pada pusaran sekitar 80 – 100 kasus.
Di sinilah, kata Sudibya perlunya mengelola konflik ( trade off ) antara penanggulan pandemi dengan upaya pemulihan ekonomi, kasusnya tinggi, ekonomi begitu terpuruk.
“Dalam perspektif penyelamatan ekonomi Bali dalam jangka pendek, bukanlah perkara mudah,” katanya.
Ia memohon, dumugi Ida Bhatara/Bhatari ring sawewengkon jagat Bali  sweca, memberikan kita bersama: daya tahan mental, kecerdasan dan keteguhan hati untuk bisa keluar dengan selamat dari krisis multi dimensi ini.
Editor : Sutiawan