Denpasar (Metrobali.com)-
Pemerintah Provinsi Bali tetap mempertanyakan niat pemerintah pusat untuk membangun bandara baru di Bali bagian utara yakni di Kabupaten Buleleng. Hal ini disampaikan Karo Humas dan Protokol Provinsi Bali, I Ketut Teneng saat ditemui di ruang kerjanya di Denpasar, Selasa (11/9).
“Pembangunan tersebut sudah merupakan prioritas pemerintah pusat, namun sampai sekarang belum ada kejelasan, termasuk lokasi persisnya di mana. Kabarnya di Buleleng, tetapi lokasi persisnya di mana hingga saat ini belum tahu,” kata Teneng.
Menurut Teneng, pentingnya mempercepat proses pembangunan Bandara Buleleng tersebut karena Bali selatan sudah penuh. Dikhawatirkan wisatawan yang hanya berlibur 5 hari di Bali, maka dia akan kecewa karena tidak akan bisa pergi ke beberapa lokasi di Bali. Penyebabnya selain karena macet, juga akses dari Bali selatan ke utara yang punya potensi wisata saat ini aksesnya sudah semakin sulit.
“Bila sudah ada bandara di Bali utara, maka aksesnya akan lebih mudah. Perhitungan wisatawan selama 5 hari misalnya bisa tepat sehingga tidak ada yang dikecewakan di sini,” tutur dia.
Menurut Teneng, seluruh hal teknis memang yang lebih menguasai adalah Dinas Perhubungan dan Kementerian Perhubungan. Namun sampai saat ini belum ada aksinya. Padahal berbagai presentasi dan studi kelayakan sudah dilakukan.
Mendesaknya pembangunan bandara di Buleleng sangat beralasan karena lalu lintas Bandara Internasional Ngurah Rai, saat ini semakin padat. Pembangunan bandara yang berada di Bali Utara ini diharapkan bisa terlaksana tahun depan.
Bandara Ngurah Rai saat ini melayani 15 rute penerbangan domestik dan 31 rute penerbangan internasional perhari. Pertahunnya bisa menampung antara 12 juta hingga 17 juta orang. Kondisi ini menunjukkan jika Bandara Ngurah Rai sudah berada di atas ambang batas maksimal dan Angkasa Pura I memprediksi tahun 2017, Ngurah Rai bakal menampung 25 juta penumpang.
Merujuk estimasi dari Kementerian Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), bandara tersebut membutuhkan total biaya sebesar Rp47,94 triliun dan ditargetkan bisa beroperasi tahun 2016.
Rencananya, bandara Buleleng akan memiliki landasan pacu (runway) sekitar 3.800 m x 60 m dengan luas lahan minimal 700 hektar (ha).
Setelah menyelesaikan cetak biru proyek tersebut, Angkasa Pura berharap proses tender sekaligus peletakan batu pertama pembangunan Buleleng bisa terlaksana 2013. Untuk pembangunan proyek ini, perusahaan plat merah ini sudah bermitra dengan GVK Power dan Infrastructure India dan Pemerintah Provinsi Bali.
“Kami masih membuka kerjasama. Karena investor asal Australia, Amerika Serikat, Korea Selatan dan China juga berminat,” katanya. BOB-MB