Denpasar (Metrobali.com)-

Tidak ingin asal tampil, Sekeha Gong “Gita Candra Swari” Banjar Tanjung Bungkak Kelod Dentim yang menjadi duta Denpasar diajang PKB terus giat berbenah. Bahkan Tim Pembina Propinsi turut memberi masukan dalam agenda pembinaan ke seluruh Kabupaten/Kota dengan tujuan agar mereka mampu tampil sempurna saat mebarung nanti. Demikian dikatakan Kadis Kebudayan Made Mudra saat mendampingi Tim Pembina Propinsi yang dikoordinir Komang Astita. Turut mendampingi, Wawali IGN Jaya Negara, TP-PKK Antari Jaya Negara, DPRD, Pengamat dan Tokoh-Tokoh Seni, Senin (14/5).

Bermaterikan pemain-pemain baru yang sedikit memiliki jam terbang, tidak membuat sekeha gong wanita ini patah semangat. Bahkan dengan keterbatasan tersebut mejadi pemicu semangat mereka untuk bisa tampil sempurna saat mebarung nanti. Tentu dengan rumus giat berlatih serta upaya yang tidak kenal lelah dari para pelatih maupun pembina disamping dukungan kuat dari Pemkot Denpasar dengan seluruh jajarannya.

”Alhasil dalam waktu kurang dari 6 (enam bulan), sekeha ini sudah mampu memainkan irama gamelan dengan tabuh kreasi maupun lelambatan. Seperti ditunjukkan saat acara pembinaan yang dilakukan Tim Pembina Propinsi. Tabuh lelambatan, kreasi, tari nelayan maupun tabuh kebyar duduk mampu dibawakan dengan harmonis. Bahkan jika dilihat dari tempo irama gamelan, tidak sedikitpun terkesan bahwa tabuh tersebut dibawakan oleh ibu-ibu yang sudah beranak cucu,” kata Komang Astita koordinator Tim Pembina Propinsi saat memberi penilaian sekaligus masukan usai pementasan.

Bahkan menurutnya irama maupun tempo yang dibawakan tidak jauh beda dengan kemampuan penabuh pria. Untuk itu dirinya berharap agar tempo ini bisa dipertahankan namun tetap menjaga harmonisasi maupun dinamika lagu.  Namun demikian agar penampilan nantinya bisa lebih sempurna beberapa hal perlu ada perbaikan, terangnya. Seperti; tetekep dan tetekes agar diupayakan lebih baik, apabila ini bisa dilakukan suara gamelan yang keluar akan lebih bulat dan nyaring. Demikian pula pada saat nincap gamelan agar lebih tegas dan jangan terkesan ragu-ragu sehingga briyak-briyuk lebih terasa, ujarnya. Satu lagi tambahnya, pemain trompong jangan tergesa-gesa mengambil lagu perhatikan dinamisasinya agar selaras dengan suara suling, sarannya.

Hal senada juga disampaikan Sudarna salah satu dari tiga pengamat yang hadir, “semua harus mengarah pada  harmonisasi”, jelasnya. Sementara Suartini mengamati dari sisi ekspresi serta penjiwaan para penari yang menurutnya perlu ada keseragaman mengingat yang dibawakan adalah tari bersama.  SDN-MB