Jakarta (Metrobali.com) –

Mata uang rupiah pada Selasa pagi terdepresiasi menjadi Rp11.738 per dolar AS menyusul pelaku pasar yang mengambil posisi antisipasi menjelang publikasi data ekonomi Indonesia pada awal Desember mendatang.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak melemah sebesar 216 poin menjadi Rp11.738 dibanding posisi sebelumnya (25/11) di Rp11.522 per dolar AS.

Analis Pasar Uang Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa nilai tukar rupiah cenderung melemah menjelang publikasi serangkaian data ekonomi Indonesia pada awal Desember mendatang.

“Investor di pasar keuangan dalam negeri sedikit cemas dengan berlarutnya defisit neraca perdagangan Indonesia, tingginya inflasi, dan perlambatan ekonomi Indonesia,” kata dia.

Selain itu, lanjut dia, pelaku pasar juga masih khawatir terhadap adanya ekspektasi pengurangan jumlah pemberian stimulus moneter oleh bank sentral AS atau the Fed dalam waktu dekat.

“Rupiah mungkin akan diperdagangkan di kisaran Rp11.625–Rp11.895 per dolar AS untuk hari ini (26/11),” kata dia.

Sementara itu, Analis pasar uang Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto mengatakan bahwa selama belum adanya kepastian sentimen dari global terutama the Fed nilai tukar rupiah cenderung terdepresiasi terhadap dolar AS.

“Isu ‘tappering-off’ the fed masih menjadi perhatian pelaku pasar,” kata dia.

Dari dalam negeri, lanjut dia, sentimennya juga belum cukup kuat seiring dengan pelaku pasar yang mengambil posisi “wait and see” terhadap publikasi data ekonomi Indonesia pada awal Desember mendatang.

“Inflasi diperkirakan stabil, namun pelaku pasar masih khawatir terhadap neraca transaksi berjalan,” ucapnya. (Ant)