Denpasar (Metrobali.com)-
Sejumlah anggota DPRD Bali mengaku belum mengetahui adanya rencana pembangunan storage liquefied natural gas (LNG) di area Pelabuhan Benoa. Jika memang ada rencana proyek itu, mereka meminta kajian komprehensif dan dipertimbangkan untuk dibangun di Pelabuhan Celukan Bawang, Buleleng.
 
Anggota DPRD Bali dari Partai Golkar IB Gede Udiyana mengatakan membangun proyek seperti itu tidak bisa serta merta, harus ada proses yang benar. “Dari berbagai aspek harus dikaji, yang terangkum dalam FS [feasibility study]. Layak dan tidak layak ditentukan di sana. Termasuk harus dilihat dari aspek lingkungannya,” katanya ketika dimintai komentar, Selasa (23/9/2014).
 
Seperti diberitakan beberapa media lokal, belum lama ini, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo telah menemui Walikota Denpasar IB Rai Dharma Wijaya Mantra untuk membicarakan rencana proyek tersebut. Proyek ini melibatkan Pelindo, Pertagas, Pertamina, Indonesia Power, PLN, dan Kementerian ESDM. Produksi gas dari storage LNG rencananya untuk memasok kebutuhan bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Pesanggaran yang beroperasi 2015 mendatang.
 
Namun, sejumlah pihak menyayangkan jika proyek itu dibangun di Benoa yang merupakan pelabuhan pariwisata. Selain itu dikhawatirkan dalam pembangunannya merambah lahan konservasi hutan bakau yang memanjang di sepanjang pantai bagia selatan itu.
 
Udiyana mengaku belum tahu rencana pembangunan storage LNG tersebut. Akan tetapi, lanjut Udiyana, jika tujuannya untuk memenuhi kebutuhan gas untuk pelistrikan di Bali, rencana itu harus diapresiasi. Meskipun demikian, sejumlah persyaratan harus dipenuhi. Soal lokasinya misalnya, harus dikaji apakah secara ekonomi, sosial, budaya dan juga lingkungan layak. Apalagi kalau sampai menggunakan lahan mangrove.
 
“Harus dilihat juga soal bising dan tidaknya,” ujar politisi asal Sanur ini. Ia tidak ingin pembangunan storage LNG itu terealisasi secara prematur. “Jangan sampai kita ingin menyelesaikan masalah, tapi menimbulkan masalah. Pembangunan storage itu jangan sampai prematur dan tergesa-gesa. Harus dikaji secara cermat,” ujarnya.
 
Soal lokasi menurut pandangan Udiyana bisa dikaji beberapa opsi di tempat lain. “Misalnya kalau memang di Celukan Bawang dianggap layak, kenapa tidak?” katanya. Udiyana juga mempertanyakan kenapa dibangun di Pelabuhan Benoa, akan menambah overloaded kawasan Bali selatan.
 
Hal senada disampaikan anggota DPRD Bali dari Partai Demokrat Komang Nova Sewi Putra yang meminta pembangunan storage LNG itu sebaiknya dipindahkan saja ke Pelabuhan Celukan Bawang. “Saya yakin di sana bisa dan cocok. Itu juga untuk pemerataan pembangunan. Tidak semua numpuk di Denpasar atau Bali selatan,” kata politisi asal Buleleng ini.
 
Komang Nova Sewi Putra meminta kalau bisa storage LNG itu dibangun di Buleleng. “Supaya ada pemerataan ekonomi daerah di Bali. Tidak hanya di Denpasar. Kalau dibangun di Buleleng tentu bisa menimbulkan efek ekonomi yang baik bagi Buleleng. Juga bisa menyerap banyak tenaga kerja,” katanya.
 
Menurutnya, lokasi Celukan Bawang juga bagus dan memenuhi syarat. Kapal tanker besar pun bisa berlabuh di sana. “Jadi, kenapa tidak dicari tempat-tempat yang masih bisa dimanfaatkan, sehingga pembangunan ekonomi di Bali ini lebih merata, tidak hanya menumpuk di satu daerah saja,” tandasnya.
 
Kata dia, di Kota Denpasar semua sudah padat. Penduduknya padat, lalu lintas padat. “Itu harus dijadikan acuan juga. Karena itu saya ingin ini jadi pertimbangan, dan menyarankan pembangunan storage LNG dilakukan di Buleleng,” kata Nova. EMA-MB