Rayakan Ultah Ke 64 Tahun, Gubernur Pastika Luncurkan 2 Buku

Denpasar (Metrobali.com)-

Ada yang spesial dalam perayaan ulang tahun orang nomor 1 di Bali kali ini. Tidak sekedar merayakan hari jadinya ke 64,  Gubernur Made Mangku Pastika juga meluncurkan 2 buah buku,  yang salah satunya merupakan hasil karyanya sendiri yang bertajuk “Percikan Perenungan dari Jayasabha” dan satu lagi yang berjudul “Menjawab Hak Jawab” yang merupakan karya Prof Dr Samsul Wahidin,  Denpasar, Senin (22/6).

Menurutnya  buku ini merupakan momen pengalaman pribadinya yang tidak ingin dilewatkan yang kemudian dituangkan ke dalam tulisan.  “Maka lebih baik saya tulis, minimal nanti saya bisa wariskan ke anak – anak saya,” ujarnya. Semua yang tertuang dalam buku tersebut merupakan tulisan tangan dirinya sendiri yang tentang bagaimana perasaannya saat menghadapi semua masalah yang dia alami dengan tujuan untuk memotivasi diri demi sebuah solusi.  “Ini isinya macam – macam, marah, sedih ada juga penyesalan, itu semua perasaan saya tapi saya tidak mau menyakiti orang makanya saya tulis sendiri dan untuk diri saya sendiri untuk mencari solusinya,” imbuh Pastika.

Lebih lanjut Pastika meyampaikan terkait dengan perayaan ulang tahunnya ini dilaksanakan sebagai perayaan dan peringatan. Menurut Pastika perayaan dimaksud sebagai salah satu upaya mensyukuri usia yang telah mampu mencapai usia 64 tahun mengingat menurutnya belum tentu semua orang yang mampu mencapai usia seperti saat ini. “Usia itu seperti sambung menyambung ibarat pipa yang sudah bocor kemudian disambung lagi, kalau saya merenungkannya seperti itu, namun semua itu adalah karunia tuhan. Ibarat pulsa sudah berkurang terus, dan itu peringatan apa yang harus kita lakukan saat menunggu pulsa itu habis,” jelas Pastika.

Menurut  Prof Dr H Samsul Wahidin yang merupakan penulis buku Menjawab Hak Jawab menyatakan bahwa buku yang ditulisnya merupakan hasil dari inspirasi yang diperoleh saat mendengar dan melihat apa yang dialami oleh Gubernur Pastika saat bersengketa dengan salah satu media lokal di Bali.

Menurutnya ketidakadilan yang dialami oleh Pastika diakibatkan dari salah tafsirnya jargon pers yang selalma ini dianggap sebagai kebebasan pers padahal sebenarnya adalah kemerdekaan pers. “Jika nilai kebebasan tersebut dipakai, hal tersebut bisa mengacaukan semua pihak oloeh karena itu jargon tersebut harus bisa diperbaiki,” ujarnya. Ia juga menyatakan bahwa buku ini merupakan sebuah proses yang sangat mengilhami para pembacanya.

Dalam perayaan tersebut juga dilaksanakan bedah buku terhadap kedua buku yang diluncurkan tersebut. Prof. Dr. Wairocana yang merupakan Guru Besar Dekan Fakultas Hukum Unud menyatakan bahwa buku karya Gubernur Pastika sungguh sangat komprehensif yang menggambarkan kehidupan dari awal sampai menunggu masa akhir.

Menurutnya buku tersebut sebuah dictionary of life karena tidak hanya berisi curahan hati melainkan juga jawaban – jawaban mengenai masalah kehidupan saat ini. Sementara itu Made Nariana , Pemred harian Nusa yang hadir, turut mengomentari buku ini sebuah pembelajaran bagi pers di Bali. Ia berharap kedepannya pers Bali mampu untuk berbenah dan menjadi pers yang lebih baik dengan mengusung jargon kemerdekaan pers  yang lebih independen, adil dan berimbang.

Acara perayaan yang di gelar di Rumah Jabatan di Gedung Jayasabha  tersebut dihadiri oleh seluruh kepala SKPD di lingkungan Pemprov Bali , para awak media dan undangan lainnya. Acara tiup lilin dilakukan Gubernur Pastika bersama keluarga besar dan dilanjutkan dengan penyerahan kado spesial dari putra sulung Pastika yang berupa foto memorial antara Gubernur Pastika dengan putra sulungnya tersebut. AD-MB