Keterangan foto: Talkshow #DengarYangMuda seri ke-16 di Rumah Sanur, Bali, Rabu (14/8/2019)/MB

Denpasar (Metrobali.com) –

Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono memberikan apresiasinya terhadap Walikota Denpasar yang telah berhasil mengendalikan pengurangan sampah plastik yang memberikan regulasi sambil menanamkan mindset masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Hal tersebut dikemukakannya saat talkshow #DengarYangMuda seri ke-16 di Rumah Sanur, Bali, Rabu (14/8/2019) yang terinspirasi oleh pergerakan progresif masyarakat di pulau Bali lewat visi serta aksi nyata untuk menjadikan Bali sebagai wilayah terdepan dalam isu penanganan sampah.

Sebagai keynote speaker, Diaz Hendropriyono, Staf Khusus Presiden, menegaskan bahwa “Permasalahan sampah dapat menghambat Indonesia untuk mencapai cita-cita pendiri bangsa menjadi bangsa yang maju.”

Diaz Hendropriyono juga menambahkan “permasalahan sampah berdampak tidak hanya kepada isu kesehatan, pariwisata dan perekonomian tetapi juga harga diri kita sebagai sebuah bangsa, untuk itu lah #DengarYangMuda ingin mendengar dari pemuda Bali bagaimana mereka menangani isu sampah agar bisa ditiru oleh kota-kota lain.”

Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, dalam kata sambutannya menjelaskan bahwa meskipun keluhan dari masyarakat sudah banyak namun pemerintah tidak bisa terburu-buru karena pengelolaan sampah membutuhkan pembangunan ekosistem sehingga pengelolaan sampah dapat berkelanjutan. Kota Denpasar sendiri telah berhasil menurunkan penggunaan kantong plastik hingga 99,60% dalam waktu kurang dari 1 tahun.

Acara Talkshow diisi oleh 4 narasumber, yaitu (1) Komang Sudiarta – Komunitas Malu Dong; (2) Pande Gede Bayu Antariksa – Pengusaha Pariwisata; (3) Jeff Kristianto – BEDO, dan (4) I Gde Ngurah Widiadnyana – Somia Design. Acara kemudian dilanjutkan dengan Bazaar dan pameran UMKM binaan, Workshop Upcycling dan presentasi peserta olah limbah kreasi atau Olikasi

Dalam penyelenggaraan #DengarYangMuda ke-16 ini, Diaz Hendropriyono bersama dengan Bali Export Development Organization (BEDO) sebuah lembaga swadaya masyarakat di Bali, dan 100 pelaku UMKM asal Bali, dan Komunitas-komunitas pemuda Bali yang bergabung dalam acara kali ini, terus mendorong peluang pemanfaatan sampah, khususnya sampah plastik agar tidak mencemari lingkungan dan dapat menjadi produk bernilai ekomnomi tinggi lewat inovasi dan kreativitas.

Jeff Kristianto, Manager Program dari (Business and Export Development Organization (BEDO) mengungkapkan bahwa
Fokus adalah bagaimana mengelola limbah dari sisi ekonomi kreatif, Salah satunya adalah dari segi tekstil karena Bali sangat dikenal dari produk tekstilnya.

“Di BEDO kami mendorong UMKM bagaimana menjalankan usaha agar minim limbah, ataupun bagaimana limbah tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku bagi ukm lain,” tuturnya.

BEDO (Organisasi Pengembangan Bisnis dan Ekspor) merupakan organisasi keanggotaan bisnis nirlaba yang mendukung usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia. Didirikan pada 2005, setelah pemboman Bali yang tragis, BEDO memulai dengan pertemuan bulanan berbagi pengalaman bisnis di antara anggota dan mengundang pembicara tamu. Kemudian terus bergerak untuk mendapatkan pengalaman dalam pelatihan bisnis, misalnya dengan menerapkan “Program Pelatihan Ekspor” dengan CBI – Belanda pada 2011. Masuk ke tahun 2018, BEDO kini telah memiliki lebih dari 140 anggota dari berbagai industri yang mengikuti moto “Bersama kita dapat membuat perubahan”.