fahmi habsyi

Jakarta (Metrobali.com)-

Politisi PDI Perjuangan Fahmi Habsyi mempersembahkan puisi kontemplasi bagi pendukung Jokowi maupun Prabowo khususnya Bung Fadli Zon bahwa proses Pilpres ini tidaklah sekedar siapa yang menang dan kalah.

“Hakekatnya adalah kehendak yang Ilahi menaikkan dan menurunkan seorang pemimpin, sebagaimana sejarah kita melihat pemimpin besar dan hebat bertahun-tahun berkuasa dan tiba-tiba jatuh yang mungkin juga kita pikir tidak mungkin bisa jatuh,” kata Fahmi di Jakarta, Selasa (22/7).

Anggota Tim Khusus Timses Pemenangan Jokowi-JK ini mengatakan kekuasaan adalah pisau bermata dua bisa menjadi anugerah jika dijalankan dengan baik, tapi bisa juga musibah jika mengkhianatinya. “PR” Pak Jokowi-JK kedepan adalah bagaimana menggenapkan suara pilpres ini menjadi 100 persen dengan merebut hati 47 persen pemilih yang masih ragu memilih mereka dengan tindakan kerja nyata pro-rakyat.

“Kondisi Indonesia yang sedang “downtrend” ini memerlukan pemimpin yang tidak sekedar bisa membawa Indonesia melangkah, tapi harus bisa membawa Indonesia melompat,” kata salah satu deklarator gerakan Pro-Jokowi (Projo) tersebut.

Ia mengatakan Jokowi terpilih karena antitesis pola kepemimpinan saat ini. Rakyat membuat harapannya sendiri bahwa presiden itu tidak perlu gagah dan ganteng, jika harus “ndeso”pun tak apa-apa asal mau bekerja sedikit retorika, tegas dan tidak ragu ambil resiko, sederhana dan merakyat atau tidak menampilkan pola kepemimpinan formalistik.

“Jokowi mungkin bisa dianalogikan sebagai Harun Alrashid-nya Indonesia,” kata Direktur Pusat Kajian Trisakti.

Berikut adalah puisi selengkapnya yang dibuat Fahmi Habsyi Dua, Dua Dua Desember Duaributigabelas Isyarah mimpi melesat dimalam hari Mas Jo datang bercelana pangsi hitam bergaya pitung Mencicipi semangka di taman depan Dua belas Desember Duaribu tigabelas Isyarah malam sapa kembali saat waktu Malaikat berjaga Mas Jo bisik: “Bismillah mas jalani yang kamu yakini” Dua dua Desember Duaribu tigabelas Gerakan pro mas Jo ditabuh senyap paguyuban rakyat Umpatan, sindiran, cercaan hambar dirasa memekakkan telinga Yakin langit beserta kita Dua belas Maret Duaribu empatbelas Putri Fatmawati menoreh matahari disiang hari Turunan pemimpin lahirkan pemimpin Sejarah goreskan tinta emas ditangannya Hari Pancasila dititipkan-Nya nomer dua Dua dua Juni Duaribu empatbelas, Gelombang angkara fitnah robek relung kalbu Tidur penuh amarah tersentak isyarah malam Mas Jo tunjukkan mata didepan wajah berucap padat : “Iki mas pulungku” Salam dua jari jadi irama Putra Sang Fajar bernafas lega Dua-dua Juli Duaribuempat belas” Firman-Nya tak bisa dibantah : “Ku berikan dan Ku cabut kerajaan pada yang Ku hendaki” Tak ada yang menang, juga tak ada yang kalah Yang ada hanya terpilih Kuasa adalah anugerah, juga bisa jadi musibah Takkala dua mata tak mampu lihat yang haq Takkala dua telinga tak mau dengar keluh kesah Takkala dua tangan tak dapat rangkul sesama Takkala dua kaki tak ingin bergerak melangkah Tujuh jalan Raja Agung berwasiat dalam Gendhing: swadana maharjeng tursita; bahni bahna amurbeng jurit ; rukti setya garba rukmi; sripandayasih krani ; gaugana hasta ; stiranggana cita ; smara bhumi adi manggala Selamat Mas Jo, Indonesiaku harus melompat…..!! Fahmi Habsyi, Ciganjur 22 Juli 2014 Direktur Pusat Kajian Trisakti Salah satu deklarator gerakan Pro-Jokowi (Projo) Anggota Tim Khusus Timses Pemenangan Jokowi-JK. AN-MB