nenek Resi

Badannya tinggi tegap. Kulitnya putih. Wajahnya tampan. Ia tampak periang. Teman-temannya tak terhitung. Namanya Putu Purnama Putra. Ia adalah anak korban bom Bali I, Kadek Alit Margarini. Margarini menjadi korban tewas peristiwa biadab pada Sabtu malam 12 tahun lalu. Kala itu, bom seberat hampir 1 ton yang dibawa Amrozy Cs meluluhlantakkan Paddy’s dan Sary Club di Legian, Kuta pada 12 Oktober 2002.

Kala bom dahsyat itu merenggut ibunya, Putu Purnama Putra baru berusia tiga tahun. Tragisnya, tiga bulan sebelum bom merenggut ibunnya, sang ayah, I Wayan Sudarsana lebih dulu menghadap Sang Illahi karena sakit yang dideritanya.

Sejak saat itu Putu Purnama Putra dibesarkan oleh neneknya, Nyoman Resi. Resi sendiri hanya penjual canang, bunga sarana persembahyangan umat Hindu Bali. Tiap pagi selepas subuh ia menjajakan dagangannya. Tiap hari pula, dari hasil dagangannya itu ia mengais keuntungan berkisar Rp30-50 ribu.

“Saya ikhlas menjalani ini semua. Saya sudah memaafkan segalanya,” kata Resi ditemui di kediamannya di kawasan Hayam Wuruk, Denpasar, Sabtu (11/10).

Kini, 12 tahun berlalu, Putu Purnama Putra sudah duduk di bangku sekolah kelas 1 SMEA Saraswati Denpasar jurusan Akuntansi. Sehari-hari, Putu Purnama Putra hanya bergantung hidup dari jualan canang neneknya. “Untuk jajan sekolah Putu Rp20 ribu seharinya,” kata Resi.

Sementara untuk biaya sekolah, Resi tak perlu bingung. Sudah ada Yayasan Kid’s yang menjamin kebutuhan Putu Purnama Putra hingga perguruan tinggi. “Segala kebutuhannya langsung dibayarkan mereka,” katanya.

Uluran tangan, Resi melanjutkan, justru datang dari pihak swasta. Sementara pemerintah minim sekali perhatian. “Di awal peristiwa itu pemerintah sempat memberikan sembako, sudah lama sekali tidak pernah lagi,” jelas Resi.

Putu Purnama Putra kini tumbuh menjadi remaja yang gagah. Badannya tinggi besar. Wajahnya tampan. Kulitnya putih. Ia remaja periang. Temannya tak terhitung. Putu Purnama Putra sepertinya nampak ikhlas dengan jalan hidupnya. Kendati begitu, ia tak pernah menanyakan mengapa ibunya menghadap Sang Kuasa.

“Dia tidak pernah tanya peristiwa itu. Dia tidak pernah dendam sama teroris,” kata Resi. Kelak jika besar nanti, pria yang gemar makan ayam goreng itu bercita-cita menjadi dokter. “Saya ingin jadi dokter,” katanya singkat. JAK-MB