Kampanye Golkar - Golkar Nyebar

Yogyakarta (Metrobali.com)-

Kader Partai Golkar akhirnya menyebar. Ketua Umumnya, Aburizal Bakrie dan sebagian petinggi partai ini mendukung dan bergabung ke kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, sedangkan sebagian lainnya serta kader muda Golkar berlabuh ke kubu Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Rapat Pimpinan Nasional VI Partai Golkar dalam keputusannya memang memberikan mandat penuh kepada Aburizal Bakrie atau Ical selaku ketua umum untuk menentukan arah koalisi dalam Pemilu Presiden 2014.

Selain memberikan mandat penuh untuk menentukan arah koalisi, rapimnas juga memberikan mandat kepada Ical untuk menjadi calon presiden (capres) atau pun calon wakil presiden (cawapres) berpasangan dengan calon dari partai lainnya. Keputusan rapimnas ini sekaligus menggugurkan keputusan Rapimnas III Golkar pada 2011 yang menetapkan Ical sebagai capres dari partai ini.

Nasib menentukan lain, Partai Golkar sebagai partai besar di peringkat dua dalam perolehan suara pada Pemilu Legislatif 2014 harus legowo hanya menjadi pendukung sekaligus bergabung dengan kubu pasangan Capres Prabowo Subianto-Cawapres Hatta Rajasa.

Saat-saat terakhir menjelang diumumkannya masing-masing pasangan capres-cawapres, Aburizal Bakrie telah menemuni sejumlah pihak, namun semuanya tanpa hasil. Semuanya “no deal”. Partai politik berlambang pohon beringin ini akhirnya berlabuh di dermaga Gerindra.

Seperti dikatakan Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono, kesempatan Golkar membangun koalisi sudah meredup, dan hanya menyisakan kesempatan merapat ke Gerindra, setelah gagal dalam lobi dengan PDI Perjuangan dan Partai Demokrat.

Partai Golkar yang akhirnya memilih mendukung dan bergabung ke kubu pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa didukung Dewan Pembina Partai Golkar. Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Akbar Tandjung menyatakan mendukung penuh keputusan Ketua Umum DPP Golkar Aburizal Bakrie berkoalisi dengan Partai Gerindra yang mengusung pasangan calon presiden Prabowo Subianto dan calon wakil presiden Hatta Rajasa.

“Kami Dewan Pembina memutuskan sekaligus memperkuat putusan yang diambil DPP Golkar yaitu berkoalisi dengan Partai Gerindra,” kata Ketua Dewan Pembina (Wanbin) Golkar Akbar Tandjung.

Akbar menjelaskan keputusan Wanbin tersebut setelah mendapat persetujuan dari seluruh anggota Wanbin. “Kami sudah menyampaikan dan semuanya menyetujui,” katanya.

Menurut dia salah satu alasan Wanbin menyetujui untuk berkoalisi dengan Prabowo-Hatta adalah adanya kesamaan visi dan misi Golkar dengan keduanya. Apalagi sosok Prabowo sudah tidak asing bagi Partai Golkar.

Dalam kesempatan itu, Akbar juga mengingatkan akan ada sanksi bagi kader Partai Golkar yang tidak patuh pada keputusan partai. Menurut dia, setiap kader partai harus patuh terhadap setiap kuputusan partainya, dan jika tidak dipatuhi, akan ada sanksi.

Dukung Jokowi-JK Ancaman sanksi dari partai tampaknya tidak menyurutkan nyali sebagian kader muda Golkar yang memilih mendukung pasangan Capres Joko Widodo dan Cawapres Jusuf Kalla.

Puluhan kader muda Partai Golkar yang menamakan diri Forum Paradigma Gerakan Muda Indonesia (FPGMI) menyatakan mendukung pasangan Jokowi-JK. “Kami mendukung pasangan capres-cawapres ini, karena Pak JK (Jusuf Kalla) adalah kader Partai Golkar,” kata kader muda Partai Golkar Andi Sinulingga di Jakarta.

Menurut dia, banyak kader muda Partai Golkar yang bingung dan kecewa atas keputusan politik Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie yang memutuskan mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, tanpa melibatkan pengurus DPP maupun ormas serta organisasi sayapnya.

Keputusan Aburizal Bakrie bergabung dengan koalisi Partai Gerindra untuk mendukung pasangan Prabowo-Hatta, menurut dia, hanya melibatkan sedikit elite di DPP Partai Golkar. “Karena itu, kami kecewa atas keputusan politik yang diambil ketua umum. Dari diskusi dengan sesama kader muda yang lain, kami memiliki pandangan yang sama, untuk mendukung Pak JK,” katanya.

Padahal, kata dia, keputusan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar di Jakarta, Minggu (20/5), memutuskan Aburizal Bakrie sebagai calon presiden atau calon wakil presiden dari Partai Golkar.

Sementara, pada pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta, menurut dia tidak ada kader Partai Golkar.

Dari dua pasangan capres-cawapres yang maju pada Pemilu Presiden 2014, kata dia kader Partai Golkar justru ada pada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. “Tapi, kenapa Aburizal tidak mendukung pasangan Jokowi-JK?” katanya.

Ketua Badan Litbang Partai Golkar Indra J Piliang mengatakan dirinya sedih dan kecewa Partai Golkar bergabung ke Partai Gerindra karena adanya transaksional terkait dengan jabatan menteri di kabinet mendatang.

Ketua DPP Partai Golkar Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan kader-kader muda partai ini yang bingung, gelisah, dan kecewa, kemudian saling berdiskusi untuk bertukar pikiran.

Dari diskusi tersebut, kata dia, mereka sepakat membentuk forum komunikasi, yakni FPGMI, dan menyalurkan afiliasi politiknya bagi kader senior Partai Golkar Jusuf Kalla.

Bahkan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Partai Golkar Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan dirinya secara pribadi tetap mendukung pasangan Jokowi-JK. “Saya Luhut Binsar Pandjaitan, atas restu Ketum Golkar, sejak Jokowi diberi mandat oleh PDI Perjuangan sebagai capres pada 14 April 2014, saya telah mengambil posisi sebagai pendukung Jokowi,” kata Luhut melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta.

Dia mengatakan ketika pada saat-saat akhir Golkar bersikap bergabung dengan Prabowo, dirinya dengan tegas memberitahu dan pamit secara baik-baik kepada Ketua Umum Golkar untuk mendukung Jokowi bersama sejumlah purnawirawan jenderal dan tokoh masyarakat.

“Menurut saya, Jokowi adalah calon presiden terbaik untuk Pilpres 2014. Saya sampaikan pula bahwa perkawanan antarkami harus tetap terjalin baik tanpa terganggu oleh perbedaan pandangan politik itu, dan Aburizal Bakrie dapat memaklumi sikap saya ini,” kata dia.

Luhut merasa setelah bergaul cukup dekat dengan Jokowi pada beberapa hari terakhir, dirinya mengambil kesimpulan bahwa Jokowi adalah capres terbaik, jujur, sederhana, dan sangat tegas.

“Lihat saja ketegasannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dalam waktu dua setengah tahun menjadi Gubernur DKI, dia secara cepat dan pasti, tanpa ragu bekerja keras mewujudkan ide-ide mulia yang konstruktif bagi kepentingan rakyat banyak, meskipun harus menghadapi berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan,” kata Luhut.

Ia mengingatkan bahwa Jokowi telah mampu dan berani membenahi berbagai kawasan pasar dan waduk di Jakarta. Jokowi juga dinilai memiliki ketegasan saat menolak semua “deal-deal” partai politik yang menuntut transaksional bagi-bagi kekuasaan.

“Baginya, lebih baik koalisi kecil tapi solid dan hanya berorientasi pada kerja keras membangun masa depan bangsa yang lebih baik, dari pada koalisi besar yang berorientasi bagi-bagi kekuasaan. Kalau itu terjadi, hampir mustahil pemerintah bisa berbuat untuk bangsa, karena itu hanya tinggal janji-janji kosong, dan pembodohan rakyat banyak,” kata Luhut.

Lebih jauh dia menilai pilihan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Jokowi untuk menetapkan Jusuf Kalla sebagai cawapres menunjukkan kerendahan hati dan tekad Jokowi untuk membangun bangsa.

“Beliau sadar bahwa tidak ada orang yang merasa hebat sendiri, bagaimana pun beliau belum berpengalaman dalam memimpin bangsa. Karenanya, beliau memilih Pak JK yang sangat kaya dengan pengalaman itu sebagai cawapresnya,” ujar Luhut.

Pendiri SOKSI Suhardiman juga mendukung pasangan Jokowi-JK. Ia meminta kader SOKSI mendukung pasangan ini. “Saya sebagai pendiri SOKSI, menyarankan seluruh jajaran SOKSI di seluruh Indonesia mendukung Jokowi,” kata Suhardiman di Jakarta.

Menurut dia, untuk menjadi pemimpin Indonesia sebagaimana ramalan Joyoboyo pada saat ini adalah — Satrio Piningit –, yakni orang yang ditunggu-tunggu dengan ciri-ciri kepemimpinan yang berasal dari bawah.

Aburizal meminta maaf Sebelumnya, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie meminta maaf kepada seluruh kader dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) VI atas hasil perolehan kursi pemilu legislatif pada 9 April 2014 yang menurun, dan hanya menempatkan partai berlambang pohon beringin di posisi kedua di bawah PDI Perjuangan.

“Dengan besar hati harus kita akui, hasil akhirnya memang tidak sesuai dengan harapan kita. Oleh karena itu, selaku ketua umum, sayalah yang paling bertanggung jawab. Di hadapan saudara semua, saya menyampaikan permintaan maaf dari hati terdalam,” kata Aburizal pada pembukaan Rapat Pimpinan Nasional ke VI Partai Golkar di Jakarta.

Pada Pemilu 2009 Partai Golkar meraih 106 kursi di DPR RI, namun pada pemilu kali ini hanya bisa meraih 91 kursi, sehingga mengalami penurunan 15 kursi. Oleh karena itu, Aburizal Bakrie meminta para kadernya untuk tidak menyalahkan pimpinan lainnya, namun dirinyalah yang paling bertanggung jawab.

Pada kesempatan tersebut Aburizal Bakrie memberikan apresiasi yang tinggi, dan menghargai kerja keras semua kader dalam memperjuangkan kemenangkan pada pemilu legislatif.

Meski perolehan kursi di DPR RI menurun, namun ia meminta seluruh kader Golkar tidak larut dalam pesimisme, karena suara dukungan rakyat untuk Partai Golkar meningkat sekitar empat juta suara pada Pemilu 2014 dibandingkan perolehan suara pada Pileg 2009. AN-MB