panusunan siregar 1

Denpasar (Metrobali.com)-

Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,24 persen selama Oktober 2014, jauh di bawah angka rata-rata nasional pada bulan yang sama mencapai 0,43 persen.

“Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran pengamatan, 27 provinsi di antaranya mengalami inflasi dan delapan provinsi mengalami deflasi perdesaan,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Selasa (4/11).

Ia mengatakan, Bali menempati urutan ke-23 dari 27 provinsi di Indonesia yang mengalami inflasi perdesaan, kondisinya lebih baik jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi tertinggi di Indonesia yakni 1,05 persen.

Sementara sekarang inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Sulawesi Utara mencapai 0,92 persen dan inflasi perdesaan terendah di Kalimantan Selatan sebesar 0,07 persen.

Deflasi pedesaan tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 0,12 persen dan terendah di Bangka Belitung sebesar 0,01 persen.

Panusunan Siregar menambahkan, kondisi inflasi perdesaan di Bali yang jauh lebih rendah dari rata-rata nasional itu menunjukkan nilai tukar petani (NTP) di Pulau Dewata sebesar 107,06 persen pada bulan Oktober 2014, naik sebesar 0,99 persen dibanding bulan sebelumnya yang hanya 106,02 persen.

Kondisi NTP Bali itu lebih tinggi dari rata-rata NTP tingkat nasional pada bulan yang sama tercatat 102,87 persen. Itu artinya tingkat kesejahteraan petani di Pulau Dewata masih lebih baik dibanding rata-rata secara nasional.

Subsektor utama yang mendorong naiknya NTP Bali adalah subsektor tanaman pangan yang mengalami kenaikan sebesar 1,53 persen.

Panusunan Siregar menambahkan, berbagai komoditas pertanian yang dihasilkan petani dikelompok ke dalam lima subsektor, yakni tamanan pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan.

NTP diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani semakin tinggi NTP, namun semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani.

NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga, ujar Panasunan Siregar. AN-MB