Kupang, (Metrobali.com) –

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai indeks tendensi konsumen (ITK) di Nusa Tenggara Timur pada triwulan I-2014 sebesar 100,51 sebagai indikator bahwa kondisi ekonomi konsumen saat ini sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

“Nilai ITK NTT lebih rendah jika dibandingkan nilai ITK nasional yang mencapai 110,03 atau selisih 9,52 poin dan menduduki peringkat 32 di Indonesia,” kata Kabid Neraca Wilayah dan Statistik BPS NTT Sofan di Kupang.

Ia menyebut faktor pendorong utama yang menyebabkan peningkatan kondisi ekonomi konsumen di NTT adalah rendahnya pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari (101,49), walaupun tingkat konsumsi beberapa komoditas makanan dan bukan makanan (104,25) naik, sementara pendapatan rumahtangga kini sedikit menurun (98,45).

Dia mengatakan pada triwulan pertama 2014, tingkat persepsi ekonomi konsumen (100,51) menurun dibandingkan triwulan keempat 2013 yang mencapai 107,54.

Sederet dengan persepsi ITK triwulan I 2014 yang diperkirakan pada triwulan IV 2013 yaitu 103,90.

Hal ini terjadi karena pengaruh menurunnya tingkat konsumsi makanan dan bukan makanan.

Secara nasional, kondisi perekonomian di semua wilayah Indonesia pada triwulan I-2014 mengalami perbaikan.

“Provinsi yang memiliki nilai ITK tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Timur dengan nilai indeks sebesar 119,52, diikuti DI Yogya (nilai ITK sebesar 118,18) dan DKI Jakarta (nilai ITK sebesar 117,56),” katanya.

Sebaliknya, kata dia, tiga provinsi yang memiliki ITK terendah masing-masing adalah Provinsi Sulawesi Utara dengan nilai indeks sebesar 100,49, diikuti Nusa Tenggara Timur (nilai ITK sebesar 100,51) dan Sulawesi Tenggara (nilai ITK sebesar 103,71).

Nilai ITK NTT pada Triwulan II-2014 diperkirakan sebesar 106,69, artinya kondisi ekonomi konsumen diperkirakan akan membaik.

“Tingkat optimisme konsumen diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan Triwulan I-2014 (nilai ITK sebesar 100,51). Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan II-2014 juga didorong oleh peningkatan pendapatan rumahtangga mendatang (nilai indeks sebesar 104,67) dan rencana pembelian barang-barang tahan lama (nilai indeks sebesar 110,33),” katanya.

Pada triwulan kedua 2014 perkiraan ITK NTT sebesar 107,65 dan pada tataran nasional berada pada urutan terakhir (33) dengan selisih indeks sebesar 4,74 point dengan perkiraan ITK Nasional.

Pada triwulan kedua perkiraan ITK nasional sebesar 112,39, sebanyak 20 provinsi angka indeksnya dibawah nasional dan 13 provinsi lainnya angka indeksnya di atas nasional.

“Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen terjadi di seluruh provinsi di Indonesia, kondisi ini antara lain disebabkan oleh optimisme meningkatnya pendapatan rumah tangga mendatang dan rencana pembelian barang-barang tahan lama,” katanya.

Tiga provinsi yang memiliki perkiraan nilai ITK tertinggi adalah Provinsi DI Yogyakarta dengan nilai indeks sebesar 120,58, Bali (nilai ITK sebesar 119,32) dan DKI Jakarta (nilai ITK sebesar 118,45).

Sedang provinsi yang memiliki perkiraan nilai ITK terendah adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan nilai indeks sebesar 107,65 diikuti Sulawesi Tenggara (nilai ITK sebesar 107,78) dan Bengkulu (nilai ITK sebesar 108,06).

(Ant) –