Yogyakarta (Metrobali.com)-

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa minta seniman tidak sampai “didikte” oleh pasar, karena hal itu akan mematikan kreativitas dan kebebasan dalam berekspresi.

Hatta Rajasa saat melakukan dialog dengan kolektor lukisan di Galeri Nasirun, Yogyakarta, Sabtu (6/7), mengatakan karya seni merupakan kebebasan berekspresi, berimajinasi dan kreativitas manusia tertinggi.

Menurut Hatta, kegiatan “Art Jog 2013” yang digelar di Taman Budaya Yogyakarta, merupakan wadah dari kebebasan berekpresi seniman. Art Jog merupakan media untuk menyalurkan ide, kreativitas dan imajinasi.

“Melalui Art Jog 2013, pasar tidak dapat memasung mereka. Selain itu, seniman tidak dapat didekte oleh pasar. Sebab, jika hal itu terjadi, maka akan memasung kebebasan dalam berekspresi,” katanya.

Menurut Hatta, kemenangan dari berkesenian adalah ketika seseorang dapat mencapai puncak ekspresi dan menyatakan “inilah hasil ekspresiku”.

“Meski karya seni tidak dibeli orang, tapi sejarah akan membuktikan. Bahwa lukisan merupakan sebuah pemberontakan dan relokasi pada saat itu,” katanya.

Ia mengatakan, ekspresi merupakan produk kreativitas sejarah. Pada perkembangannya masyarakatlah yang menghargai. Oleh karena itu, jangan pernah didekte oleh pasar.

“Tidak dapat dipungkiri, bahwa pasar juga penting dalam perkembangan sebuah kesenian,” katanya.

Terkait banyaknya karya lukisan atau mahakarya peningggalan sejarah bangsa di luar negeri, menurut Hatta, sangat bagus. Sebab, itu menandakan bahwa Bangsa Indonesia memiliki seniman besar pada massanya.

“Namun sebaiknya, ada kolektor yang menghimpun itu dan menempatkannya di galeri di negeri kita. Itu untuk pembelajaran bagi generasi bangsa,” katanya.

Menurut dia, lukisan juga menggambarkan sejarah perkembangan bangsa. “Jangan sampai, kita mempelajari sejarah sendiri ke luar negeri. Belajar sejarah bangsa tidak hanya melalui teks buku tapi juga bisa lewat karya-karya seni.

Pasar seni rupa kontemporer Art Jog 2013 (Jogja Art Fair) yang akan berlangsung di Taman Budaya Yogyakartarencananya memamerkan 158 karya milik 115 seniman. Jumlah itu merupakan hasil seleksi dari 1.423 karya yang diajukan sejak Maret hingga Mei lalu. Para perupa Indonesia itu berasal dari Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Bali, Magelang, dan Semarang. Sebagian besar peserta, yakni 82 orang, berasal dari Yogyakarta. Selain itu ada peserta dari Australia, Malaysia, Jepang, dan Amerika Serikat. INT-MB