Musyawarah Daerah (Musda) IAI

Denpasar (Metrobali.com)-

Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) daerah Bali akan mereformasi kepengurusan masa bakti 2014-2017 dalam Musyawarah Daerah (Musda) IAI daerah Bali yang akan dilaksanakan di Hotel Werdhapura, Sanur, Denpasar pada tanggal 14 dan 15 November 2014 mendatang.

Ketua IAI Bali periode 2011-2014, Ketut Rana Warcha mengungkapkan, bahwa untuk menjadi kandidat ketua IAI yang berikutnya dibutuhkan sosok profesional muda minimal telah mengantongi status IAI dibelakang namanya.
“Pada periode kedepan ada 3 nama yang kita calonkan jadi ketua pertama I Gede Arista Gunawan IAI, kedua I Kadek Pranajaya IAI, ketiga profesor I Wayan Runa IAI guru besar di universitas Warmadewa, mereka ini putra-putra terbaik,” jelasnya, kepada sejumlah wartawan, di Denpasar, Selasa (4/11).

Dengan tema Musda 2014 yakni kompetensi arsitek Bali di era perdagangan bebas masyarakat ASEAN dan diberlakukannya AFTA di 2015, dimana perdagangan komoditi dan jasa  bersaing, maka dari itu berbicara jasa penyedia seperti jasa arsitektur siap tidak siap menurut Ketua IAI yang pernah dua kali periode menjabat ini para arsitek harus sangat siap menghadapi MEA 2015.

“Persiapan kita selaku insan penyedia jasa di arsitektur sejak diberlakukannya AFTA 2015 tentu harus siap, dan di Musda nanti ada 3 kor kegiatan di tanggal 14 dan 15 pertama penataran kode etik, etika berkarya dan berperilaku,” jelasnya.

Karena itu, semua arsitek yang tergabung di IAI diharapkan harus memiliki SKA (sertifikat keahlian arsitek). Dalam SKA ini ditambahkannya setiap arsitek paling tidak punya kualifikasi seperti arsitek muda, madya dan utama.

“Intinya menghadapi AFTA kita harus memiliki kesetaraan dan para arsitek terutama yang tergabung di IAI ini nantinya bersaing ditingkat regional dan internasional karena itu kita harus setara dengan arsitek yang ada di seluruh dunia, karena ini fair trade harusnya perdagangan adil bukan bebas,” imbuhnya.

Saat ini ada sekitar 600 anggota yang tergabung di IAI dari 600 orang ini baru 39 orang arsitek muda, 27 arsitek madya dan arsitek utama 5 orang dan  30 persen yang memiliki SKA.

Pihaknyapun mentargetkan semua anggota IAI bisa menjadi seorang arsitek profesional sesuai perundangan yang berlaku.

“Yang sekarang baru 30 persen yang mendapatkan SKA, kami berharap semua mendapatkan SKA, itu pentingnya kita memiliki sertifikat,” tandasnya.

Ia pun mengharapkan eksistensi IAI, khususnya profesi arsitek bisa menjadi sejahtera, karena menurutnya untuk menjadi seorang arsitek, seseorang harus kuliah dan menghabiskan banyak biaya sementara kondisi yang ada hingga saat ini belum memenuhi harapan. SIA-MB