Foto : Peserta Jelajah Desa Dukuh mencoba alat penjepit gebang untuk diolah menjadi gembrang.

   Kenali Potensi dan Peran Desa Dukuh, Nilai Ekonomi Lontar Bisa Capai Rp 388 Juta Per Hari

 

Karangasem (Metrobali.com)-

Ratusan orang yang hadir dalam perayaan Hari Lingkungan Hidup dengan tema “Gunung dan Hutan adalah Kita” membuat suasana berbeda di Desa Dukuh, Karangasem, Bali pada 30 Juni 2018. Perayaan ini diisi serangkaian kegiatan yang bertujuan memperkuat pemahaman akan peran penting ekosistem hutan di Desa Dukuh bagi kehidupan masyarakat serta kelestarian ekosistem terumbu karang di perairan Tulamben, salah satu situs penyelaman terkenal dunia (Kapal Karam USAT Liberty). Keterhubungan ekosistem gunung dan laut ini selaras dengan filosofi Bali ‘Nyegara Gunung’.

Untuk memperkenalkan potensi alam dan peran penting ekosistem ini bagi kehidupan, peserta diajak melakukan jelajah desa mengunjungi rumah para pengrajin lokal seperti pembuat gula ental, arak, tuak dan mete; edukasi hutan dan gunung kepada anak-anak; penyerahan usulan Hak Pengelolaan Hutan Desa Dukuh; kunjungan ke rumah warga untuk melihat pembuatan produk lokal oleh para pengrajin lokal, serta sosialisasi adaptasi dan mitigasi bencana oleh perwakilan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kegiatan ini merupakan inisiatif bersama oleh Conservation International (CI) Indonesia, Yayasan Pelestarian Alam dan Budaya (YPAB) Bali, BNPB dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Sebagai mitra Pemerintah Provinsi Bali yang telah bekerja sejak 2008, saat ini CI Indonesia melaksanakan program reforestasi dan pemberdayaan masyarakat di Desa Dukuh dan Desa Tulamben, sebagai bagian dari program di Bali yang menerapkan pendekatan Ridge to Reefs, selaras dengan filosofi masyarakat Bali bahwa ekosistem gunung dan laut merupakan satu kesatuan.

Desa Dukuh yang terletak di hulu Tulamben dan dekat dengan Gunung Agung merupakan kawasan yang gersang di musim kemarau, sehingga mayoritas masyarakat harus membeli air untuk kehidupan sehari-hari. Penduduk desa ini juga merupakan kelompok yang rentan dalam tantangan potensi bencana vulkanologi dari Gunung Agung maupun tantangan jangka panjang yang akan dibawa oleh dampak perubahan iklim. Sekitar 15% penduduk masih tergolong kurang mampu. Oleh karena itu, program reforestasi dan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan CI Indonesia dilandasi peran esensial alam Desa Dukuh (hutan dan gunung) serta aktivitas ekonomi dalam menjaga stabilitas ekologi kawasan.

I Made Iwan Dewantama, Bali Program Manager CI Indonesia menyampaikan bahwa satu pesan utama yang ingin disampaikan dari kegiatan ini adalah peran penting ekosistem Desa Dukuh bagi kehidupan masyarakat dan kelestarian ekosistem dalam konteks Nyegara Gunung.“Dalam konteks konservasi, gunung dan laut adalah daerah yang harus dijaga kesuciannya serta mampu memberikan manfaat bagi masyarakat. Laut telah memberikan manfaatnya untuk masyarakat Tulamben, namun gunung belum memberikan manfaatnya untuk masyarakat Dukuh, padahal mereka dikaruniai pohon Lontar yang mempunyai nilai ekonomi sangat besar bagi masyarakat,” ujarnya.

Hasil analisis spasial yang dilakukan CI Indonesia, Lontar merupakan komoditas potensial untuk mensejahterakan masyarakat. Perkiraan jumlah pohon Lontar di Desa Dukuh sekitar 19.393 pohon. Jika semua dipanen, maka akan menghasilkan hingga 100 ribu liter tuak per hari. Dari rata-rata 3 pohon lontar mampu menghasilkan 28 liter tuak yang bisa diolah menjadi 3 liter arak. Dengan harga arak Rp 20.000 per liter maka nilai ekonomi dari arak bisa mencapai Rp 388 juta per hari.

Drs. I Wayan Sutapa, M.Si, Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat yang membawakan sambutan Bupati pada kegiatan ini menyampaikan apresiasi Pemerintah Kabupaten Karangasem atas terselenggaranya kegiatan ini. “Semoga kegiatan ini dapat memberikan dampak yang besar dalam pembangunan di Karangasem dan masyarakat memiliki keterampilan sesuai potensi yang ada di Desa Dukuh,” ucapnya.

Sementara itu, dalam sosialisasi adaptasi dan mitigasi bencana yang diikuti oleh warga Desa Dukuh yang wilayahnya masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB), Yudhi Widiastomo, ST, MT, Analis Bencana dari BNPB menyampaikan bahwa sosialisasi mitigasi ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang hidup di daerah rawan bencana. Pihaknya sangat mendukung kegiatan ini untuk dapat dilakukan di daerah-daerah lain sebagai upaya peningkatan kapasitas masyarakat agar lebih tangguh menghadapi bencana.

Peserta kegiatan sangat terkesan dengan proses pembuatan produk lokal Desa Dukuh dan pihak pengrajin lokal juga merasa antusias dengan kunjungan tamu ke rumahnya. Anna Smeltink, peserta asal Belanda mengungkapkan dirinya suka dengan rasa gula ental yang enak dan sangat terkesan dengan proses pembuatan produk lokal Dukuh – serat gebang yang menjadi bahan rambut barong. Sementara mewakili pengrajin lokal, Nengah Sirig (pengrajin gula ental), mengaku antusias dengan adanya tamu yang datang berkunjung ke rumahnya dan berharap agar ke depannya Gula Ental asli Dukuh semakin terkenal dan tak hanya dijual di daerah sekitarnya saja.

“Kami harapkan kegiatan ini dapat memperkenalkan potensi lokal Desa Dukuh dan bila potensi ini dikelola dengan baik, maka Desa Dukuh dan Desa Tulamben akan menjadi satu kesatuan pariwisata Nyegara Gunung yang mensejahterakan masyarakat”, tutup Iwan.

Editor : Whraspati Radha