Mangupura (Metrobali.com)-

Anak-anak pencopet (grab boy) menodai pariwisata di Kuta. Mereka biasanya melakukan aksinya pada tengah malam sampai dini hari di berbagai jalur di Kuta.

“Beberapa kali mereka saya tangkap, tetapi saya lepas lagi,” demikian anggota DPRD Badung asal Kuta, I Wayan Puspanegara di Mangupura, kemarin.

Ia mengatakan, anak-anak itu berumur di bawah 17 tahun. Bahkan ada yang berumur 8 tahun. Saat ini jumlahnya sangat banyak. Mereka umumnya berkeliaran di gang-gang Kuta, termasuk pantai. “Saya sudah sampaikan beberapa kali untuk mendapatkan penanganan tetapi belum ada penanganan,”katanya.

Menurut anggota DPRD Badung dari Fraksi Partai Golkar ini, anak-anak itu merupakan anak-anak lokal. Sebagian mengaku berasal dari daerah Bali Timur. Hal ini harus segera mendapatkan perhatian. Sebab ini bisa merusak citra pariwisata.

Puspanegara mengatakan, wisatawan memang tidak ada yang melaporkan hal ini ke polisi. Sebab waktu mereka di Bali, sangat singkat hanya sekitar 3 hari. Jika mereka melapor, mereka tidak akan punya waktu untuk memberikan keterangan kepada polisi. “Jadi mereka lebih baik diam,”katanya.

Akan tetapi, katanya, wisatawan akan membicarakan hal ini di negaranya. Hal ini jelas akan berdampak kurang baik bagi Kuta. Karena itu, ia mengharapkan hal ini mendapatkan perhatian, apalagi jumlahnya sudah terus bertambah. “Mungkin sudah seribuan jumlahnya sekarang. Entah siapa yang bawa,”ujarnya.

Kuta merupakan wilayah hiburan sampai larut malam. Karena itu, jam-jam tertentu merupakan waktu yang rawan untuk melakukan berbagai kejahatan. Anak-anak digunakan karena mereka belum tersentuh hukum. “Banyak yang sudah tertangkap, tetapi kami lepas lagi,”katanya. TAR-MB