Pegending

Klungkung ( Metrobali.com )

Dua bangunan rumah milik warga Desa Pegending nyaris amblas terseret longsor yang terjadi minggu ( 31/8 ) sekira pukul 24.00 wita. Bangunan rumah milik dua kepala keluarga tersebur berdiri tepat disisi jurang dengan kedalaman kedasar sungai kurang lebih 40 meter. Tidak ada hujan dan angin tiba tiba penghuni rumah dikejutkan dengan suara gemuruh yang dibarengi dengan muncratnya air PDAM karena pipi saluran air lepas yang ada didepan rumah. Sontak membuat penghuni rumah terbangun menyelamatkan diri. Dari kejadian tersebut mengakibatkan 2 Pelinggih, 1 kandang babi serta tembok dengan panjang 20 meter yang dibangun di tepi jurang ikut longsor.

Salah satu pemilik rumah Ketut Budiasa 45 menuturkan kalau malam itu sedang tidur bersama istri dan kedua anaknya. Tiba tiba terdengar ada suara longsoran dari barat rumah. Kemudian dia bersama istrinya keluar dan melihat tanah sudah ambles sedikit demi sedikit. “ Saat itu longsoranya sedikit sedikit,” ujarnya. Bahkan mertuanya Nyoman Sami saat itu nyaris tergerus ke jurang sedalam 40 meter.

Ini karena saat kejadian Sami 60 sedang melihat lihat kandang babi miliknya. Sementara sebagian kandang sudah ambles. Untung saja Sami sempat di tarik tanganya olah menantunya sehingga mengalami lecet pada tanga kanan. “ Ya kandang babi sudah kosong suda tidak ada babinya,” ujarnya.

Selanjutnya pada pagi senin ( 1/9 ) sekira pukul 10.00 wita kembali terjadi ambles untuk kedua kalinya. Kali ini lebih besar dan menggerus dua pelinggih penunggun karang milik Budiasa da Made Tape. Bahkan saat kejadian itu Camat Klungkung Wayan Suteja sedang ada di lokasi untuk melihat memeriksa longsor tersebut bersama dengan Koramil Klungkung Kapten Nyoman Tunggu. Bahkan longsoran tersebut nyaris membuat kedua pejabat tersebut tergerus untung mereka buru buru menghindar.

“Ya kami sedang memeriksa sekaligus melihat lihat kondisi longsor…tiba tiba terjadi longsor susulan,” ujar Tunggu di TKP. Dua buah pelinggih dan tembok penyengker sisi barat kedua rumah tersebut sepanjang 8 meter ambles ke jurang Tukad Cangkung yang ada di sebeleh barat.

Kejadian ini diakui bukan yang pertama kali. Karena tahun 1998 pernah terjadi longsor. Hal ini dikatakan Kaling Pegending Nengah Parnita. Bahkan menurutnya sejak beberapa tahun lalu longsor nyaris menelan lima orang korban warga setempat. Kawasan ini juga diakui cukup labil dan rawan longsor.

Sementara itu mendengar kabar tersebut Bupati Klungkung Nyoman Suwirta sempat mengunjungi lokasi longsor. Dalam kesempatan itu Bupati minta kedua KK yang lokasinya paling dekat untuk sementara mengungsi ke rumah kerabatnya. Untuk biaya komsumsi dan kebutuhan sehari hari akan diusahakan oleh pemerintah.

Hanya saja untuk solusi selanjutnya menurut Suwirta diperlukan kajian. Mengingat kawasan tersebut rawan longsor. “ Untuk penanganan tidak cukup hanya untuk sementara…perlu kajian jangka panjang,” ujarnya.

Suwirta meminta  agar warga waspada dan melakukan antisipasi. Dirinya menyarankan agar warga tidak membangun dikawasan rawan terutama ditepi jurang karena rawan bencana. Pemkab Klungkung sendiri menurut Suwirta akan tegas dengan tidak memberikan ijin atau IMB kepada warga yang membangun ditepi jurang atau dekat sempedan jurang. Hanya saja yang menjadi kendala warga tidak pernah mengajukan ijin atau IMB dan hanya membagun begitu saja. Untuk itu pihaknya meminta kesadaran masyarakat untuk tidak membagun di kawasan bahaya.

“ Kawasan ini cukup labil, apalagi sanitasinya tidak bagus dan ada pembuangan limbah sehingga terjadi penyerapan,  ditambah ada kandang babi sehingga mempercepat penyerapan, “ ujar Suwirta. Akibatnya terjadi rengkahan yang  sewaktu waktu bisa mengalami longsor,” imbuhnya.

Kadis PU Klungkung AA Ngurah Agung yang ikut meninjau longsor tersebut mengaku akan melaporkan kejadian ini ke Satkorlak. “ Pihaknya akan lapor Satkorlak karena ini termasuk bencana alam,” ujarnya. Dana untuk bencana alam sendiri ada namun untuk penggunaanya membutuhkan mekanisme. SUS-MB