Jalan Mahendradata

Denpasar (Metrobali.com)-

Jika dilihat dari luar, orang pasti mengira tempat itu sebuah salon kecantikan. Tempatnya, bersebelahan dengan kantor DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Bali di Jalan Mahendradata, Denpasar Barat. Di kaca depan tempat esek esek itu, ada tulisan berwarna hijau ‘’Salon A Massage’’.  Namun, begitu memasuk ke salon tersebut tempatnya semrawut terkesan tidak terawat. Di dalam ruang yang cukup luas itu ada deretan kamar-kamar yang disekat-sekat dengan kayu triplek.

Dari luar memang tempat itu nampak tidak menarik. Tempatnya pun tidak mencolok. Ada warung di depanya. Begitu masuk ke dalam, ada wanita setengah baya menyapanya. ‘’Sampean  mau massage,’’ kata wanita itu.  ‘’Kalau massagge, saya mau layani. Untuk creambat dan cuci muka tidak ada di sini,’’ katanya lagi.

Seorang pelayan sebut saja Wati  mengatakan, di sini memang tidak ada salon. Masih menurut pelayan itu, pelayan tadi di sini banyak ada cewek. Biasnya bisa diajak main di tempat ini, atau diboking untuk diajak ke hotel. Tarif mereka bervariasi mulau dari Rp 300.000 s.d 500.000.

Dikatakan, malah kalau ada cewek yang diboking ke hotel malah harganya bisa selangit. Paling kecil cewek yang diboking itu harus membayar di Induk Semangnya sebesar Rp 400.000. ‘’Selebihnya, terserah kepada yang memboking mau mengasi berapa si cewek tersebut,’’ kata Kadek yang mengaku dari Seririt, Buleleng.

Informasi yang diperoleh bahwa ada puluhan cewek yang siap melayani laki-laki hidung belang di sana. Mereka kebanyakan berasal dari Banyuwangi, Jember dan ada juga dari Buleleng.

Sebelumnya, Metrobali.com memberitkan, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mendorong masyarakat di Pulau Dewata untuk berani menolak keberadaan beberapa tempat yang didiuga menjadi “lokalisasi” dan kafe-kafe remang-remang sebagai salah satu upaya efektif menanggulangi penyebaran HIV/AIDS.

“Sejauh ini persoalan HIV/AIDS memang belum bisa ditanggulangi dengan penuh sehingga harus dicari terus jalan keluarnya” katanya usai menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Pemprov Bali Tahun 2013 di DPRD Bali, di Denpasar, Jumat.

Menurut dia, permasalahan HIV/AIDS di Bali tidak bisa semata-mata dikaitkan karena Pulau Dewata merupakan daerah pariwisata, namun diperlukan kesadaran dari masyarakat karena sebenarnya semua sudah tahu penularannya lewat kontak seksual, jadi sebaiknya dihindari.

Berdasarkan data yang diterima pihaknya, lebih dari 20 persen pekerja seks komersial (PSK) di Bali sudah mengidap HIV/AIDS. “Itu untuk yang ketahuan, tetapi hal seperti ini yang tidak ketahuan tentu tinggi,” ucapnya.

Mantan Kapolda Bali itu berpandangan untuk menutup lokalisasi maupun kafe remang-remang itu bukan perkara mudah karena sesungguhnya operasional mereka tidak ada yang resmi, jadi kembali pada kesadaran yang punya tempat dan pelaku.

“Problemnya kesadaran itu ada pada diri kita. Seharusnya masyarakat di situ harus berani menolak karena pastinya mereka tahu keberadaannya, ya tolak dan usir ramai-ramai. Laki-laki yang baik juga jangan ke situ,” kata Pastika.

Pastika menilai, cara efektif untuk mengatasi penyebaran HIV/AIDS akibat keberadaan tempat terduga lokalisasi dan kafe remang-remang adalah mempersulit operasinya, penolakan masyarakat dan konsumen juga menahan diri.

“Jika tidak ada yang membeli, tentu tidak ada yang mau jualan. Hukum pasar makin banyak konsumennya, maka makin banyak yang jualan,” selorohnya.

Beberapa tempat di Bali yang diduga menjadi tempat lokalisasi diantaranya untuk di Kota Denpasar yakni kawasan Padanggalak, Jalan Danau Tempe, Jalan Danau Poso, Bung Tomo, dan Lumintang, sedangkan di Kabupaten Badung di seputaran jalan Gunung Lawu, Nusa Dua, sementara di kabupaten lainnya yakni di kawasan Bungkulan (Buleleng), Terminal Pesiapan (Tabanan), Delod Berawah dan Pangkung Karung (Kabupaten Jembrana). “Kalau sudah tahu tempat-tempatnya seharusnya masyarakat jangan ke sana,” harapnya.

Di sisi lain, Pemprov Bali juga telah mengupayakan berbagai langkah antisipasi yakni meningkatkan sosialisasi secara berkelanjutan menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan meningkatkan kerja sama dengan berbagai LSM peduli AIDS. TIM-MB