Foto: Pengamat pariwisata I Dewa Putu Susila yang juga Pengurus KONI Bali Bidang Hubungan Luar Negeri dan Sport Tourism.

 

Denpasar (Metrobali.com)-

Pengamat pariwisata I Dewa Putu Susila mengingatkan pengembangan pariwisata Bali dengan pola “One Island One Management” yang dicanangkan Gurbernur Bali Dr. I Wayan Koster harus holistik. “Tidak boleh parsial atau setengah-setengah pada aspek tertentu saja,” kata Dewa Susila di Istana Taman Jepun, Denpasar, Jumat (14/9/2018).

 

Dewa Susila yang juga Pengurus KONI Bali Bidang Hubungan Luar Negeri dan Sport Tourism juga mengingatkan jangan sampai dalam implementasi masing-masing kepala daerah punya kebijakan sendiri-sendiri yang saling tumpang tindih. Apalagi berjalan sendiri-sendi dengan ego sektoral dan ego kedaerahan.

 

Untuk itu pengembanganpawirisata secara holistik ini juga harus merujuk pada rencana Pembangunan Kepariwisataan Nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS 2010 -2025 yang mengacu pada empat aspek yakni destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran pariwisata dan kelembagaan pariwisata.

 

“Dengan demikian pengembangan pariwisata Bali dengan pola One Island One Management harus memerhatikan dan mencakup empat aspek tersebut secara holistik,” tegas Dewa Susila yang juga Ketua Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Cabang Bali itu.

 

Bali juga harus punya benchmarking (yang bisa dijadikan percontohan) atau berkaca pada kesuksesan di negeri tetangga untuk mengembangkan pariwisata Bali dengan pola One Island One Management” dalam dalam istilah lain “Multi DestinationSingleManagement”.

 

“Tentu juga disesuaikan dengan berbagai potensi dan tantangan yang ada di Bali. Tidak bisa 100 persen mengkopipaste keberhasilan pengelolaan pariwisata di daerah lain,” imbuh Dewa Susila yang juga Sekretaris Umum (Sekum) Persatuan Gateball Seluruh Indonesia (Pergatsi) Bali itu.

 

Benchmark-nya bisa berkaca pada sejumlah destinasi yang ada di negeri tetangga. Contohnya AngkorWat di Kamboja. Dengan pembangunan kepariwisataannya dilakukan oleh satu manajemen atau singlemanagement ada peningkatan kunjungan wisatawan yang sangat signifikan. Setiap tahunnya AngkorWat dikunjungi 750 ribu wisman.

 

Hal yang sama juga terjadi di Georgetown di Penang, Malaysia. Sebagai UNESCO HeritageSite, destinasi itu dikunjungi jutaan wisman per tahun.

 

“Dengan demikian akan ada banyak dampak positif dan keuntungan dengan pengembangan pariwisata melalui one atau singlemanagement,” ucap Dewa Susila yang selama ini juga dikenal getol mendorong adanya blueprint sport tourism di Bali.

 

Pertama, terangnya, bisa meningkatkan kualitas dan daya saing destina wisata. Kedua, berdampak pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan secara signifikan.

 

Ketiga, menguatkan pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainabilitytourismdevelopment) sebab ada perencanaan dan eksekusi program yang berkelanjutan dalam satu tata kelola.

 

“Jadi tidak terputus di tengah jalan ketika berganti gubernur atau bupati walikota. Sebab sudah ada satu kesepakatan yang menjadi acuan bersama,” pungkas pria yang juga bakal caleg DPRD Bali dapil Tabanan dari Partai NasDem itu.

 

Pewarta : Widana Daud

Editor      : Whraspati Radha