Denpasar (Metrobali.com)
Dampak psikologi pedagang terhadap rencana pemerintah menaikkan harga BBM menjadi pemicu inflasi tinggi di kota Denpasar yang mencapai 0,25 persen selama April tahun ini. Dari dampak psikologi tersebut, pedagang enggan menurunkan kembali harga-harga sejumlah kebutuhan pokok yang telanjur naik akibat rencana penaikan BBM oleh pemerintah.
“Ada dampak psikologis di kalangan pedagang sehingga harga-harga sejumlah kebutuhan pokok tetap bertahan tinggi,” ujar Kepala BadanPusat  Statistik Provinsi Bali, Gede Suarsa, Selasa (1/5) di Denpasar.
Bahkan inflasi di pedesaan di Bali pada April malah  tercatat lebih tinggi lagi yakni mencapai 0,30 persen. Hal ini disebabkan karena masyarakat pedesaan banyak mengonsumsi barang-barang kebutuhan yang ada di kota.
“Angka inflasi di pedesaan di Bali sama dengan inflasi nasional, sedangkan inflasi di kota Denpasar melampaui inflasi kota besar seperti Jakarta yang mencapai  0,13 persen dan Surabaya yang hanya 0,12 persen,” ujar Suarsa.
Kenaikan harga  selama April, kata Suarsa terjadi pada sejumlah komoditi seperti bawang putih, cabe rawit, daging ayam ras, rokok kretek dan tarif sewa rumah. Namun ada juga  yang haraganya turun  misalnya kacang panjabg, cabe merah, terlu ayam ras, beras, pepaya, sawi hijau maupun emas.
Suarsa merinci, jenis komoditi penyumbang inflasi cukup tinggi seperti kelompok makanan jadi, rokok dan tembakau yang menyumbang samapi 0,70 persen, selanjutnya  bahan makanan  menyumbang 0,21 persen, kelompok perumahan, listrik, air, gas, dan bahan bakar 0,30 persen. RUS-MB