Cakrawahyu Bali Peduli

Tabanan (Metrobali.com)-

Patung Bung Karno, pengganti Patung Wisnumurti sudah dipasang untuk menghiasai Perempatan Kediri, Tabanan. “Luar biasa”, begitu dingin dan ketus tanggapan Putu Dana, Ketua Cakrawayu Bali, ketika ditanya tentang pemasangan Patung Bung Karno di Perempatan Kediri, Tabanan, 29/6-2014. “Bupati itu pemimpin, kan Bli?”, tanyanya kepada Metro.

Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, Putu Dana mengungkapkan, “Bupati itu pemimpin. Pemimpin itu penguasa dan pengendali. Bupati menguasai kehendak rakyat melalui regulasi dan mengendalikannya untuk menciptakan keteraturan dan ketertiban sosial. Bupati menguasai kehendak rakyat melalui pemberdayaan dan mengendalikannya untuk mewujudkan kemandirian masyarakat. Bupati menguasai kehendak rakyat melalui pelayanan untuk mewujudkan keadilan dalam masyarakat. Bupati menguasai kehendak rakyat melalui pembangunan dan mengendalikannya untuk mewujudkan kesejahteraan”.

“Nah, sekarang saya tanya pada Bli, di antara empat fungsi pemimpin pemerintahan itu, penggantian Patung Wisnumurti dengan Patung Bung Karno termasuk pada fungsi yang mana?”, tanyanya penuh semangat. “Kalau tidak termasuk dalam keempat fungsi pemerintah itu, berarti penggatian Patung Wisnumurti dengan Patung Karno sesungguhnya hanya upaya sang bupati untuk memenuhi ambisi dan kepentingan pribadinya saja, kan?”, tanya Wayan Seni Arsana, Wakil Ketua Cakrawayu Bali.

patung bk (1)

 

Pertanyaan Pengurus Cakrawayu Bali itu memang menunjukkan kegusaran sosial-religius orang Bali atau sekurang-kurangnya mereka yang peduli Bali. Cakrawayu Bali memang sudah menyampaikan himbauan moral, agar Patung Wisnumurti dibangun kembali di tempat semula, sejak wacana penggantian Patung Wisnumurti dengan patung Bung Karno menyeruak ke ruang publik.

Malahan Ida Bagus Adnyana, Wakil Ketua Cakrawayu Bali menambahkan, “sejak awal kami sudah menyampaikan keprihatinan orang Bali, tetapi kenapa hati nurani para pemimpin di sana tidak bergeming sedikit pun, malahan mendemonstrasikan arogansi kepemimpinannya dengan mengerahkan massa tandingan, dan kini Patung Bung Karno sudah menjadi penghias Perempatan Kediri?”.

“Harapan kami, mudah-mudahan arogansi kepemimpinan semacam ini, itupun bila tidak boleh dibilang pemaksaan kehendak, tidak menjadi tanda keruntuhan sradha, keimanan umat Hindu di sana. Cakrawayu Bali tidak memperebutkan patung berupa benda, namun sipirit dan nilai religius Hindu yang melekat pada patung it ”, ungkap I Gusti Bagus Adi Wijaya, Sekretaris Cakrawayu Bali.

. “Ketika setiap kota-kota berupaya menjaga identitas dan jati dirinya, seperti menjadi kota religius, kota budaya, kota pusaka, kota pendidikan, kota pertanian, dan lain sejenisnya, malahan Tabanan mengubah identitas dan jati diri dirinya, yaitu menukar patung pantheon Dewa Hindu, ada apa ini?, tanyanya penuh selidik dan curiga.

Wisnu Murti Patung

 

Keraguan Sekretaris Cakrawayu Bali itu cukup beralasan dan umumnya orang Bali, juga pasti memiliki kecurigaan yang sama. Akan tetapi, Cakrawayu Bali berkeyakinan, orang Bali di Tabanan tidak akan mengubah keimanannya kepada Sanghyang Widhiwasa.

Hal ini ditegaskan Sekretaris Cakrawayu Bali seperti berikut. “Kami masih yakin, walaupun citra Hindu dan Bali dihapus di Perempatan Kediri, umat Hindu di Tabanan tidak akan mengubah kepercayaannya kepada Tuhan, mereka tetap orang Bali, mereka tetap umat Hindu”. Hanya saja, yang patut dipertanyakan, “apakah menghapus citra Hindu dan Bali itu memang ciri khas pemimpin yang katanya, PembelaWong Cilik?”, pungkasnya. SUAR-MB