Presiden Joko Widodo mencontreng canting di kain mori sepanjang 74 meter di stasiun MRT Bundaran Hotel(HI) pada 1 Agustus 2019

Jakarta, (Metrobali.com) –

Setelah Presiden Joko Widodo mencontreng canting di kain mori sepanjang 74 meter di stasiun MRT Bundaran Hotel(HI) pada 1 Agustus 2019, Yayasan Tjanting Batik Nusantara, mewakili masyarakat umum, melanjutkan pencontrengan canting pada kain tersebut, Jumat, 2 Agustus 2019.

Selanjutnya, kain batik tersebut akan di bawa keliling ke sentra-sentra batik di Indonesia untuk diselesaikan pewarnaannya.

“Hari ini kami melanjutkan pencontreng batik ini. Kain sepanjang 74 meter sebagai wujud Indonesia merdeka ini akan dibawa keliling ke sentra-sentra batik di Indonesia. Diantaranya ke Cirebon, Pekalongan, Solo, Yogya, Klungkung Bali, Lasem, Madura, Jambi.,” kata Ketua Dewan Pengawas Yayasan Tjanting Batik Nusantara (TBN), Pheo Hutabarat.

Momen penorehan canting dan terciptanya wujud kain batik Garuda Nusantara bukan saja mengawali serangkaian HUT Kemerekaan RI ke-47 tahun 2019, melainkan juga bertepatan dengan dua momentum penting yang terjadi di 2019.
Pertama, pada 2019, adalah momen perayaan 10 tahun diberikannya pengakuan batik oleh PBB untuk Pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan atau Unesco. Sepuluh tahun lalu, pada 2009 Unesco memberikan pengakuan batik adalah warisan budaya dunia tak benda (masterpiece of the oral and the intangible heritage of humanity).
“Pengakuan ini harus dipertahankan melalui kegiatan-kegiatan nyata agar batik tetap diakui UNESCO,” kata Pheo.

Pada 2019, Indonesia juga terpilih sebagai anggota Dewan Keamanan PBB. Bersama 14 anggota Dewan Keamanan, Indonesia berperan dalam proses perumusan kebijakan guna menjaga perdamaian dunia.

“Dengan demikian, kain batik tulis bolak-balik dengan beragam motif antara lain motif Gurdo, Sekar Jagad, Parang, dan Kawung akan merepresentasikan perdamaian,” kata Pheo.

Batik yang akan diberi pewarna alami oleh para perajin batik ini akan diselesaikan dalam tempo 12 bulan. “Nantinya batik ini menjadi mahakarya batik nusantra dan menjadi icon dari gerakan masyarakat Indonesia untuk menciptakan Batik Perdamaian Dunia,” kata Ketua Umum Yayasan TBN Bonny Widjoseno.

Ia mengakui sejak tahun lalu pihaknya mewakili masyarakat umum sudah merumuskan dan terus menggerakan ide batik nusantara hingga akhirnya batik Garuda Nusantara ini dicontreng untuk pertama kalinya oleh Presiden Jokowi.

Menurut dia, batik perdamaian ini merupakan inisiasi gerakan kultural yang menempatkan batik sebagai symbol dan wujud komitmen masyarakat Indonesia untuk ikut serta menjaga perdamaian dunia. kelak kain batik ini, akan keliling dunia sebagai wujud untuk memviralkan batik Indonesia, tapi tahap awal kita keliling Indonesia dulu.

“Tujuannya, batik perdamaian ini harus mendunia, sehingga bisa menginspirasi generasi muda untuk terus melestarikan batik sebagai penjaga perdamaian dunia,” ujarnya. (Bambang)