Putu Astawa

Denpasar (Metrobali.com)-

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bali Putu Astawa mengatakan bantuan sosial atau hibah untuk APBD Induk 2014 paling cepat dicairkan mulai April 2014.

“Karena itu kami berharap proposal masyarakat sudah masuk ke masing-masing SKPD dalam bulan ini, sehingga bisa secepatnya diproses,” katanya seusai rapat SKPD dengan Komisi IV DPRD Bali di Denpasar, Senin.

Ia mengatakan pihaknya juga berharap kerja sama dari masyarakat dan anggota dewan dalam pengajuan proposal tersebut.

“Diperlukan kerja sama semua pihak, sehingga tidak lagi terulang gagalnya pencairan bansos tersebut,” katanya.

Jika semua pihak saling bekerja sama dalam penangganan bansos, kata dia, maka dana tersebut pasti akan cair lebih cepat.

“Dana tersebut adalah bersumber dari APBD, sehingga tidak ada alasan pemerintah untuk tidak mencairkan, asalkan memenuhi persyaratan dan prosedur yang benar sesuai dengan aturan,” ucap dia.

Menurut Astawa, kalau sudah persyaratan terpenuhi bansos tersebut pasti bisa terealisasi sesuai dengan perencanaan yang dituangkan dalam proposal tersebut.

Sementara itu, kalangan anggota DPRD mengatakan dana bansos adalah dan untuk merangsang partispasi masyarakat dalam setiap pembangunan.

“Dana tersebut sifatnya dana rangsangan dalam pembangunan dan meningkatkan ekonomi kerakyatan. Sehingga dana itu bisa dijadikan modal awal dalam ekonomi kreatif. Begitu juga dalam pembangunan fisik. Dana ke masyaratan dalam pembangunan berkisar Rp10 juta hingga Rp20 juta. Kalau pembangunan fisik itu menelan dana mencapai ratusan juta,” kata Ketua Komisi IV DPRD Bali Nyoman Parta.

Menurut dia, dana bansos tersebut sebenarnya ingin mendekatkan pemerintah dengan masyarakat, sehingga akan merasakan bahwa peduli dengan warga yang memerlukan bantuan atau motivasi dalam setiap pembangunannya.

“Dana bansos tersebut sebagai dana perangsang atau motivasi dalam setiap pembangunan kok. Karena itu besaran harapan kami pemerintah jangan mempersulit dalam pengajuan proposal tersebut. Masyarakat di dusun persepsinya tidak sama dengan masyarakat perkotaan yang mudah dihubungi lewat telepon. Kalau masyarakat dusun selain tidak ada telepon juga disibukan oleh kegiatan adat,” katanya. AN-MB