konflik yaman

Jenewa (Metrobali.com)-

Perang di Yaman, yang baru berlangsung satu bulan, telah menewaskan 1.244 orang dan melukai lebih dari 5.000 lagi, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (1/5).

Badan kesehatan PBB itu juga menyebut keadaan kemanusiaan memburuk di Yaman, terutama di Taez, yang terletak di bagian tengah negara tersebut dan merupakan pusat sejumlah pertempuran besar.

Menurut perhitungan WHO, antara 19 Maret hingga 25 April, pertempuran dan serangan udara dari sekutu pimpinan Arab Saudi menewaskan 1.244 orang dan melukai 5.044 lagi.

Data WHO tersebut dikumpulkan dari sejumlah sarana kesehatan di Yaman. Oleh karena itu, jumlah korban sebenarnya berpeluang lebih besar mengingat tidak semua korban perang datang ke rumah sakit untuk dirawat.

Pengumuman jumlah korban itu disampaikan WHO satu hari setelah Arab Saudi mengatakan bahwa pasukannya telah menewaskan puluhan anggota kelompok gerilyawan Houthi.

Serangan udara dari koalisi negara-negara Arab dimulai pada Maret lalu setelah gerilyawan Houthi terus mendesak mendekati kota Aden yang merupakan wilayah utama di bagian selatan Yaman. Di tempat itulah Presiden Abedrabbo Mansour Hadi bersembunyi setelah Houthi menguasai sebagian besar wilayah Yaman, termasuk ibu kota Sanaa.

Hadi kemudian terbang mencari perlindungan ke Riyadh. Sejumlah pihak menilai bahwa Arab Saudi melancarkan serangan ke Yaman karena khawatir negara tersebut akan dikuasai oleh Houthi yang didukung oleh seteru regional Iran.

Di Taez, 19 orang tewas dan 91 lainnya terluka hanya dalam satu hari pada April 26 lalu. Para korban meninggal saat rumah sakit lokal At-Thawra terkena tembakan pesawat.

Pada Jumat, WHO juga menyatakan bahwa sebagian besar jalan yang menghubungkan Sanaa dengan kota-kota lain seperti Aden, Taez, Al-Dhaale, dan Lahj sudah “semakin tidak bisa dilewati sehingga menyulitkan pengiriman obat-obatan yang dapat menyelematkan nyawa banyak orang”.

Kelangkaan obat-obatan dan staf kesehatan juga dilaporkan terjadi di sejumlah area pertempuran. Selain itu, WHO juga mengingatkan bahwa kelangkaan air bersih juga menjadi masalah di sebagian besar wilayah.

Di sisi lain, terputusnya aliran listrik dan kelangkaan bahan bakar di Yaman telah mempersulit upaya pengiriman pasokan alat-alat medis dan membuat ambulance jarang beroperasi.

Masyarakat Yaman kini menghadapi kesulitan terkait akses fasilitas kesehatan, kata WHO sambil menambahkan bahwa jumlah penderita infeksi pernafasan, diare, dan malaria semakin meningkat di negara tersebut.

WHO juga menerima 44 peringatan terkait penyebaran sejumlah wabah seperti campak, demam berdarah, dan meningtis. AN-MB