Foto: Wakil Ketua DPRD Kabupaten Buleleng dari Partai NasDem Made Putri Nareni mendukung progam Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK) bunga krisan adaftif di dataran rendah di Buleleng.

Buleleng (Metrobali.com)-

Potensi pengembangan pertanian di Kabupaten Buleleng sangat besar, tidak hanya untuk komoditas buah unggul tapi juga meliputi tanaman hias seperti bunga krisan.

Untuk itu Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian memilih Kabupaten Buleleng sebagai lokasi Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK) bunga krisan adaftif di dataran rendah. Pemilihan tersebut salah satunya untuk meningkatkan produksi, nilai tambah bunga krisan di Bali.

Wakil Ketua DPRD Kabupaten Buleleng dari Partai NasDem Made Putri Nareni menyampaikan dukungannya terhadap program RPIK Krisan di Buleleng sebab memang ada potensi besar Buleleng mengembangkan bunga krisan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

“Kami dukung pengembangan dan budidaya bunga krisan di Buleleng. Ini memberikan peluang besar bagi para petani,” kata Nareni, Rabu (1/12/2021).

Srikandi NasDem asal Banjar Tegallingah, Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini mengungkapkan secara objektif Kabupaten Buleleng memiliki potensi sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya Manusia (SDM) yanv cukup memadai dalam pembangunan pertanian. Potensi SDA dapat dilihat dari luas lahan topografi dan kondisi lainnya.

Dari seluruh wilayah Buleleng, hampir 60% adalah lahan pertanian dan jumlah penduduk yang lebih dari 850 ribu jiwa, sebagian besar menggantungkan penghidupannya pada sektor pertanian.

Kondisi wilayah yang nyegara gunung dengan tipe iklim yang bervariasi menyebabkan beragam jenis tanaman tumbuh baik di Buleleng.

“Dengan komitmen dan sinergi yang serius dari para pihak seperti Pemprov Bali, Pemkab Buleleng, dunia usaha, PHRI, perbankan dan stakeholder lainnya, maka Buleleng dapat dikembangkan sebagai komoditi pertanian yg memiliki nilai ekonomis untuk dikembangkan termasuk bunga krisan,” ungkap Nareni.

Terlebih dengan kemajuan teknologi saat ini maka pengembangan komoditi bunga krisan tersebut cukup mudah dilakukan. “Satu kuncinya adalah keseriusan, terutama jaminan kepastian harga dan pemasarannya,” ujar anggota Dewan dua periode ini lantas berharap adanya pendampingan yang berkelanjutan dari Pemkab Buleleng bersama Balitbangtan dan BPTP Bali.

Dengan adanya program RPIK bunga krisan dan nantinya berkembang budidaya bunga krisan di Buleleng diharapkan dapat menjadi trigger atau perangsang dan pemacu tumbuhan industri florikultura atau industri tanaman hias di “Gumi Panji Sakti” Buleleng.

Terlebih industri florikultura saat ini mempunyai prospek pengembangan agribisnis yang cukup besar di Indonesia setiap tahunnya. Tanaman hias kini banyak digunakan untuk memperindah ruangan pada hotel, kantor, mall, maupun hiasan atau dekorasi acara-acara tertentu seperti pernikahan dan HUT RI.

“Kami harapkan Buleleng bisa juga jadi salah satu kawasan dan sentra industri florikultura di Bali. Kita dorong dan dukung terus ke arah itu,” pungkas Nareni.

Sebelumnya Kepala Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali I Made Rai Yasa mengungkapkan Bali dengan agrosistem dataran rendah dan tinggi sangat berpotensi untuk pengembangan tanaman hias, selain karena potensi pasarnya  untuk tanaman hias sangat menjanjikan.

Pada tahun 2019 sebelum pandemi Covid-19, Bali rata-rata mendatangkan bunga krisan  sebanyak 1.527.720 batang per bulan. Dengan asumsi Rp. 1.500,- per batang nilai ekonominya mencapai sekitar Rp. 2,2 milyar per bulan.

“Kebutuhan bunga ini sudah tentu lebih banyak lagi dengan adanya potensi ekspor, upacara perkawinan dan pesta-pesta lainnya. Pada tahun 2019, Bali mengekspor sekitar 41.439  batang,” kata

Rai Yasa juga mengatakan produksi krisan mengalami penurunan dari sekitar 1.071.196 di tahun 2015 ke hanya 119.850 batang pada tahun 2018. Menurutnya, ada beberapa masalah yang dihadapi dalam pengembangan krisan di Bali diantaranya serangan penyakit karat daun yang diduga dari bibit yang sudah terinfeksi, benih dari luar yang belum jelas sertifikasinya, belum ada penangkar benih krisan di Bali, serta masih minimnya pengetahuan petani tentang teknologi budidaya krisan.

“Kami dapat simpulkan Bali merupakan salah satu daerah konsumen krisan sekaligus merupakan eksportir krisan. Akan tetapi realitanya luas tanamnya terus menurun oleh karena itu dibutuhkan demplot inovasi teknologi bunga krisan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi di Bali,” jelasnya.

Kepala Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Dr. Muhamad Thamrin menyampaikan bahwa program RPIK di Buleleng ditargetkan sebagai sarana atau titik ungkit prekonomian. Menurutnya meskipun baru dimulai tapi terlihat potensi pengembangan krisan di Kabupaten Buleleng sangat besar dan terbuka lebar.

“Petaninya mempunyai semangat yang tinggi serta dukungan dari pemerintah daerahnya juga sudah tidak diragukan lagi. Kami  khususnya di sektor florikultura dan tanaman hias siap memberikan dukungan untuk meningkatkan pendapatan dan produksi tanaman hias khususnya krisan di Buleleng,” jelasnya. (dan)