TRADISI leluhur yang tetap dilaksanakan umat Hindu saat merayakan hari raya Kuningan adalah ‘’Nyaagang’’. Tradisi ini dilaksanakan bertepatan pada hari Saniscara Kliwon wuku Kuningan Sabtu ( 2/11 ). Upacara Nyaagang ( Ngeluarang -red ) hampir merata dilaksanakan umat Hindu dengan menghaturkan sesajen berjejer di depan pintu gerbang rumah warga Klungkung khususnya. Acara itu dilaksanakan sebelum jam 12.00 wita siang hari.

Upakara ini oleh sebagian besar umat Hindu khususnya yang ada di Klungkung dipercayai sebagai wujud memaknai kembalinya roh leluhur kembali ke alam Nirwana. Roh leluhur yang diyakini selama datangnya perayaan hari raya Galungan dan Kuningan dipercayai berkunjung ke alam dunia nyata.

Hal itu diakui Jro Mangku Andi, Jro Mangku Pura Pejenengan, Banjar Jelantik Kuribatu Desa Tojan, Klungkung. Menurutnya pada hari penampahan Galungan itulah para roh leluhur kita datang menengok keturunannya yang masih hidup di dunia. ” Penampahan Galungan dimaknai sebagai “ Nampe” artinya menerima kedatangan roh leluhur,” ujarnya.

Dia menambahkan, sesajen yang digelar seperti banten Tipat Ajengan disertai makanan soroh “ lebeng matah ” seperti urutan, buah buahan, rujak yang dituangkan di depan rumah sebagai bekal kembalinya para leluhur.

Lebih lanjut dia katakan Tradisi “ Nyaagang” atau istilahnya ngeluarang yang kental dilakukan oleh warga di beberapa Desa Adat /pekraman di Klungkung seperti Desa Adat / pekraman Gelgel yang terdiri dari Desa Kamasan, Tojan, Gelgel, Desa Adat Satra dan beberapa Desa Adat lainnya di Klungkung. Tampak sebelum matahari tegak bersinar semua warga melaksanakan upacara “ Nyaagang “ tersebut.

Menurut Klian Banjar Adat Jelantik Kuribatu Desa Tojan Made Suryawan menyatakan bahwa tradisi Upakara “ Nyaagang” atau lebih dikenal dengan upacara “ Ngeluarang” ini dilaksanakan bertepatan saat datangnyan hari raya Kuningan sebelum lewat tengah hari. Upakara itu menurutnya sebagai rasa penghormatan keturunan pada leluhur yang masih hidup didunia nyata sebagai wujud bakti kepada leluhur yang telah berada dialam nirwana.

 “ Itu tradisi yang sangat memperkuat nilai nilai kekerabatan sebagai wujud umat Hindu untuk selalu ingat dengan leluhur ” ujarnya.

Sementara itu menurut pemerhati sastra dan budaya Bali dan agama Hindu Dewa Ketut Soma mengakui bahwa tradisi “ Nyaagang” bagi umat Hindu utamanya yang ada di Bali bahwa tradisi “ Nyaagang “ menurut acuan lontar “ Sundari Gama” di sana disebutkan ketika punca  dari kemenangan Dharma melawan Adharma dengan dimaknai dengan turunnya Ide Betara Betari yang datang memberikan berkah dalam bentuk kesejahteraan kepada para keturunannya yang masih hidup di dunia ini. Susarjana/MB