Korban Saat Masih Hidup

Saat Korban I Komang Ngurah Trisna Para Merta masih hidup/ist

Jembrana (Metrobali.com)-

I Komang Ngurah Trisna Para Merta (14), korban meninggal karena diduga tertusuk kris ketika Masesolahan Rangda saat pementasan Calonarang di Pura Jati Luwih, Banjar Pangkung Janggu, Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali, Senin (12/10) lalu, ternyata sejak kecil kerap sering sakit-sakitan dan kesurupan.

Gusti Ngurah Putu Mudiada (62), yang terhitung kakek korban, ditemui di rumah duka di Banjar Baler Bale Agung, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali, Kamis (15/10) mengatakan, korban merupakan sosok bersahaja dan energik. Sejak kecil ia sudah menyukai seni, khususnya seni drama Calonarang, meskipun ia kerap sakit dan kesurupan.

Kakek korban Gusti Ngurah Putu Mudiada saat ditemui di rumah duka

Kakek korban Gusti Ngurah Putu Mudiada/ist

“Kami sempat menyakan ke balian (orang pintar), kenapa cucu saya sering kesurupan dan menyebut Tapakan Randa, ternyata cucu saya (korban) sudah diminta untuk Ngiring (mengabdikan dirinya) sebagai Petapakan Rangda” terangnya.

Lantaran kecintaannya pada seni Calonarang, khususnya Masesolahan (menari) Rangda, korban putra bungsu dari tiga bersaudara ini lebih memilih sebagai Masesolahan Rangda dari pada sekolah.

“Seharusnya ia (korban) sekarang sudah duduk dibangku sekolah kelas IX SMP. Tapi ia memilih berhenti sekolah, padahal di sekolah ia termasuk anak pintar” imbuhnya.

Menurut Mudiada, sejak korban memutuskan berhenti sekolah, sudah lebih dari sepuluh kali korban mendapat panggilan untuk Masesolahan Randa, bahkan meski dalam kondisi sakit.

“Ia (korban) sebenarnya memiliki sakit maag. Bahkan sering ke rumah sakit atau ke dokter untuk berobat, Orangnya memang kuat menahan sakit. Kalau tidak sakit sekali perutnya, ia tidak pernah mengeluh” ungkapnya.

Biasanya ia (korban) hanya Masesolahan Rangda disetiap piodalan (upacara) di Pura Puseh dan Pura Dalem di Kelurahan Tegalcangkring dan selalu ditemani bapaknya. Namun, saat kejadian itu, ia baru pertama kali Masesolahan Randa di luar Kelurahan Tegal Cangkring, itu pun tidak ditemani bapaknya.  

“Selain Masesolahan Rangda, ia juga pintar menabuh bleganjur, ngelawak, menari, nabuh drama sekaligus pemain drama. Kalau Masesolahan Rangda mungkin sekitar tujuh bulan lalu. Bapaknya pemangku juga mendukungnya. Pengabenannya nanti setelah selesai Piodalan (upacara) di Pura Dang Khayangan Rambut Siwi” pungkas Mudiada.

Informassi terakhir Kamis (15/10), korban I Komang Ngurah Trisna Para Merta, korban diduga tertusuk kris saat Masesolahan Rangda, sekitar pukul 16.00 Wita sudah dibawa ke RSUD Sanglah untuk dilakukan otopsi. MT-MB