Ketua Yayasan Ammarannee Tabanan I Nyoman Budiarta

 

Tabanan (Metrobali.com)

 

Tayangan televisi nasional masih belum berpihak terhadap Insan Penyandang Stroke dan Keluarganya. Pasalnya tayangan televisi sering mempertontonkan  stroke menjadi akibat dari perbuatan jahat dan malah sering dijadikan ledekan dalam acara sinetron atau komedian, demikian dikatakan oleh I Nyoman Budiarta (47) Ketua Yayasan Ammaranne sebuah lembaga yang melakukan pendampingan terhadap insan penyandang stoke yang berlamat di Tabanan, Sabtu (20/1/2018).

Menurutnya lagi, tayangan program televisi yang menggunakan kontens Sakit Stroke sebagai bagian dari cerita drama atau film cerita hendaknya mampu menampilkan alur cerita insan penyandang stroke yang proporsional dan mendidik. Hal itu menurutnya bertentangan dengan Peraturan KPI Nomor 01/P/KPI/03/2012 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran Bab XI Pasal 1 point c tentang orang atau kelompok dengan kondisi fisik tertentu dan diatur kembali pada Bab XI pasal 17 ayat 2 Peraturan KPI Nomor 03/P/KPI/03/2012 tentang Standar Program Siaran, terang Budiarta.

“Tayangan-tayangan itu menjadi beban bagi penderita dan keluarga atau orang-orang dekat insan penyandang stroke, dan berakibat menambah beban sosial bagi penderita, misalnya ada tayangan yang menempatkan stroke “seolah-olah” diderita oleh orang jahat saja, tandasnya.

Ia berharap, kedepan tayangan televisi harus mampu mengedukasi pemirsa agar lebih memperhatikan sisi edukasi dan mengandung unsur keberpihakan kepada insan penyandang stroke dan keluarga dekatnya, harap Budiarta. MN-MB