Foto:Politisi perempuan PSI Anak Agung Sagung Ayu Pranita Dewi, Sekretaris DPC PSI Denpasar Utara.

Denpasar (Metrobali.com)-

Politisi perempuan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Anak Agung Sagung Ayu Pranita Dewi menegaskan kiprah perempuan di politik sangat diperlukan. Sebab sekarang ini perempuan di dunia politik masih kurang jumlahnya.

Oleh karena itu dirinya secara pribadi maupun secara kepartaian di PSI mengharapkan lebih banyak lagi perempuan mau melek politik dan terjun ke dunia politik.

“Saya mendukung sesama perempuan agar meningkatkan kualitas hidupnya. Kalau perempuan melek politik itu sama artinya menjadi modal kuat meningkatnya kualitas hidup suatu bangsa,” kata Ayu Pranita Dewi, Kamis (28/4/2022).

Menurut sosok perempuan tangguh yang juga Sekretaris DPC PSI Denpasar Utara ini tentunya peranan perempuan dalam politik itu luar biasa penting. ”Karena kita juga perlu perempuan dalam mengambil keputusan, membuat kebijakan dan aturan-aturan. Jika ada perempuan dalam peran tersebut, sudah pasti akan memikirkan nasib perempuan dan memperjuangkan hak-hak sesama perempuan,” ujar Srikandi PSI yang akrab disapa Sis Nita ini.

Hal tersebut juga yang menjadi konsern perjuangannya bergabung di partai politik seperti PSI dan pernah maju sebagai Caleg DPRD Kota Denpasar Dapil Denpasar Utara pada Pileg 2019 lalu. “Yang ingin saya perjuangkan adalah kesetaraan gender dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita di Bali menggunakan sistem patriarki. Menjadikan perempuan sebagai pengambil keputusan kedua di bawah laki-laki. Memang sudah banyak keluarga yang open minded, tapi kebanyakan masih sangat konvensional dan menganggap hanya pria yang boleh memutuskan,” papar Sis Nita.

Namun diakui saat ini perempuan masih seperti ada di bawah dominasi laki-laki. Saat terjadi KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) pun si perempuan seolah menurut saja tidak bisa berbuat banyak. “Mau mengadukan pada orang lain saja takut dan merasa itu hal yang harus dia terima dengan ikhlas. Saya hanya ingin perempuan sadar bahwa perempuan juga manusia, harus berani berdiri dan berkata ‘Saya pun berhak bahagia. Saya bisa menjadi perempuan yang maju.’ Itu yang harus kita sadarkan,” tutur Sis Nita.

Penyuluhan dan pelatihan-pelatihan untuk perempuan sudah sering dilakukan. Tapi menurut Sis Nita penting juga untuk memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada laki-laki, bagaimana menjadi laki-laki dewasa yang bertanggung jawab dan menghargai orang lain terutama pasangannya.

“Setiap pasangan yang hendak menikah sebaiknya harus melalui proses konseling pra nikah agar keduanya benar-benar paham dan dapat saling menghargai hak dan kewajiban masing-masing. Pendidikan dini itu dimulai dari keluarga sendiri, jadi pembentukan keluarga yang baik dan berkualitas itu penting sekali. Kebiasaan dari keluarga, kita bawa ke pertemanan, lingkungan kerja kemudian ke masyarakat,” terang perempuan kelahiran Denpasar, 3 Maret 1984 ini.

 

Berbicara tentang makna Hari Kartini pada 21 April lalu, menurutnya Hari Kartini ini, seperti cerminan buat setiap perempuan. “Kalau saya sih merasakan begitu, seperti flash back bagaimana seorang Kartini berjuang saat itu. Agar setiap perempuan bisa maju melalui pendidikan dan mendapat haknya,” ungkap perempuan yang punya hobi membaca dan fotografi ini.

“Disitulah saya merasa jangan sampai perjuangan beliau, seorang Kartini  menjadi sia-sia hanya karena ada generasi perempuan penerusnya yang tidak peduli terhadap kemajuan perempuan. Kita yang harus melanjutkan perjuangan beliau,” sambungnya.

Sis Nita juga punya pandangan tersendiri soal sosok Kartini masa kini. Baginya Kartini masa kini itu perempuan-perempuan yang pintar, cerdas. “Maksud saya bukan dalam hal jabatan, kaya atau karir. Tapi perempuan yang mampu berjuang untuk hidupnya, keluarganya dan berperan penting dalam lingkungannya ataupun masyarakat luas. Perempuan yang serba bisa dan mau berjuang untuk kemajuan dan kebaikan sekitarnya,” pungkas Sis Nita yang lama berkecimpung sebagai profesional di dunia hospitality dan online marketing ini. (wid)