Foto : Pementasan Pembukaan Pesta Kesenian Bali. (LifeStyle Blog)

Momentum Berbenah Bermartabat

AJANG perhelatan tahunan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 tahun 2018 bakal digelar sebulan penuh mulai dari Sabtu (23/6) hingga Sabtu (21/7) mendatang di Taman Budaya (arts centre) Bali, Denpasar. Pada tahun ini PKB mengusung tema Teja Dharmaning Kauripan, yang dimaknai sebagai Api Spirit Penciptaan. Melibatkan sekitar 271 kelompok seni duta kabupaten/kota se-Bali, yang terdiri dari kesenian khas, dan kesenian baru dengan menampilkan sejumlah pemain bintang.

Kesenian ini disajikan dalam program unggulan di antaranya pawai berupa arak-arakan lambang daerah, gebogan, tradisi, teruna teruni berbusana khas kabupaten/kota, dan fragmen garapan baru. Kemudian, pembukaan dengan pementasan senderatari Kresna Duta persembahan ISI Denpasar, parade seperti gong kebyar anak-anak, dewasa dan wanita, ngelawang, arja, wayang kulit, drama gong, joged bumbung, topeng panca, tabuh dan tari. Selanjutnya, berupa pagelaran yang meliputi kesenian inovatif, kesenian khas, kesenian dengan pemain bintang, kesenian baru/kekinian.

Sedangkan, lomba terdiri atas gender wayang, baleganjur anak-anak, bondres modern, tembang girang, nyastra seperti macecimpedan, pidarta bahasa Bali, nyurat aksara Bali ring lontar, cerpen bahasa Bali, mesatua Bali, membaca berita bahasa Bali, mengarang puisi Bali. Selain itu, juga diselenggarakan pameran seni rupa dan workshop kewanitaan serta serasehan dan lokakarya.

Di samping itu, seperti biasanya ajang seni budaya tahunan ini juga didukung oleh seniman partisipasi duta provinsi se-Indonesia di antaranya Jakarta, Jawa Barat, Yogjakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Tanah Papua, Jawa Tengah, Jawa Timur, Malang, Kalimantan Timur, serta dimeriahkan oleh seniman partisipasi duta luar negeri seperti Jepang, India, China, Peru, dan Tiongkok.

Ajang pelestarian seni budaya adiluhung tahunan ini selain menyajikan beragam kesenian dalam bentuk tarian dan musik gamelan Bali baik klasik maupun modern kekinian, juga dilengkapi dengan sekitar 220 stand pameran kerajinan, di antaranya 92 stand dibawah panggung Ardha Candra, 87 stand di gedung Ksirarnawa, 26 stand di sebelah barat gedung Ksirarnawa, serta 10 stand dekranasda di sebelah selatan gedung Ksirarnawa, dan 6 peserta lainnya secara outdoor sekitar areal Taman Budaya Bali seperti pameran Jineng. Selain itu, juga terdapat sekitar 18 stand kuliner dengan menu khas kabupaten/kota se-Bali, serta pameran buku seni dan buku budaya Bali untuk memenuhi keinginan masyarakat yang tertarik dengan seni budaya dalam bentuk buku.

Gubernur Bali, Made Mangku Pastika menegaskan bahwa Pesta Kesenian Bali (PKB) sebagai wahana penggalian, pelestarian, dan pengembangan seni budaya tahunan diharapkan dapat meningkatkan mutu seni budaya Bali serta menjaga peradaban Bali yang adiluhung dan berdampak positif bagi generasi muda penerus bangsa.

Bahkan secara khusus Gubernur Bali, Made Mangku Pastika meminta panitia penyelenggara PKB tahun ini untuk menindaklanjuti hasil pengawasan dari Tim Pengawasan Independen PKB tahun sebelumnya yang disampaikan dalam Rapat Pleno Pemantapan Penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 tahun 2018 di Gedung Wiswa Sabha Utama, kantor Gubernur Bali, Renon Denpasar, Selasa (5/6).

Pada kesempatan itu, Sekretaris Tim Pengawas Independen PKB 2017, I Nyoman Wija, SE. AK, M.Si, memaparkan sejumlah temuan terkait pelaksanaan PKB ke-39 tahun lalu yang patut mendapatkan perhatian lebih serius dari panitia PKB tahun ini sehingga tidak terulang kembali.

Dengan kata lain, temuan itu dapat dibenahi ataupun dicarikan solusi penyelesaiannya, agar mutu dan kualitas penyelenggaraan PKB tahun ini semakin lebih baik dan bermartabat. Diakuinya, pelaksanaan PKB setiap tahun sudah menunjukkan peningkatan, sehingga tidak lagi terkesan monoton. Meski demikian, masih banyak hal yang harus dibenahi maupun ditingkatkan agar pelaksanaan event tahunan ini bisa lebih baik lagi.

Temuan dari Tim Pengawasan Independen PKB tahun lalu itu, di antaranya terkait pengawasan internal menyangkut program unggulan seperti pawai dan pembukaan, parade, pegelaran dan lomba, workshop kewanitaan, pameran kerajinan dan kuliner serta seni rupa, film dokumenter, serasehan dan lokakarya, dokumentasi dan publikasi serta kehumasan. Selan itu, juga mencakup sarana dan prasarana seperti sound system, ligthing, dekorasi panggung, seniman, pembawa acara (MC), ruang rias/berdandan, toilet dan pos penjaga.

Sedangkan, pengawasan eksternal terkait aksesbilitas atau pelayanan publik prima menyangkut dampak lingkungan seperti terjadinya praktik pungutan liar atau pungli berlabel penggalian dana berupa semaraknya parkir liar di bahu jalan dan trotoar hingga menyebabkan terjadinya kemacetan masif, terstruktur dan sistemik. Dengan kata lain, kemacetan yang sengaja dikonstruksi tanpa keberanian melakukan pembenahan secara terus menerus hanya demi memuaskan kepentingan finansial/material pribadi atau kelompok/golongan tertentu.

Bahkan, acapkali terjadinya praktik “penyandaraan” ruang publik kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar atas dalih otonomi yang salah kaprah atau kebablasan. Hal ini terkait erat dengan pelayanan publik terutama terhadap penonton atau pengunjung PKB di manasebagian besar merupakan keluarga seniman yang terkesan masih terabaikan dan belum mendapatkan perhatian serius dari panitia penyelenggara PKB selama ini.

Selain itu, juga menyangkut dampak sosial budaya seperti terjadinya degradasi moral generasi milenial dengan semakin kuatnya budaya berpikir premanisme(kekerasan/keakuan) hingga membuat citra PKB menakutkan atau tidak ramah dan tidak santun terhadap kepentingan publik, pemimpin tanpa legitimasi hingga terjadi praktik hegemoni berlabel desa pakraman yang menyebabkan lemahnya kebijakan publik dari tekanan kepentingan pribadi atau kelompok/golongan tertentu. Bahkan, praktik pelanggaran hukum dalam berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat berlabel ormas (pecalang) semakin semarak terjadi saat pelaksanaan PKB setiap tahunnya. Dengan kata lain, adanya kelompok/golongan masyarakat yang kebal hukum.

Untuk diketahu bahwa segala bentuk temuan Tim Pengawas Independen ini sesungguhnya sudah menjadi rahasia publik selama ini dan bahkan selalu menjadi wacana strategis dalam berbagai rapat-rapat baik tahap perencanaan maupun pasca pelaksanaan PKB setiap tahunnya.

Atas dasar temuan Tim Pengawasan Independen tersebut, Gubernur Bali, Made Mangku Pastika menegaskan bahwa akan mengawasi langsung perubahan yang dilakukan panitia penyelenggara PKB tahun ini. “Saya minta hasil pengawasan Tim Pengawas Independen ditindaklanjuti dansaya juga akan mengawasi langsung, agar pelaksanaan PKB tahun ini semakin baik dan bermartabat,” tegasnya.

Menurutnya, sebagai pemimpin harus tegas dan berani. Kalau tidak begitu jangan jadi pemimpin. Perubahan harus dimulai oleh orang yang berani, dikawal oleh orang pintar, dan diselesaikan oleh orang yang tulus dan ikhlas. Untuk itulah, perlu pemimpin yang berani, pintar, dan ikhlas, serta punya nyali besar dalam menegakan supremasi hukum, demi keadilan dan kebenaran yang menyejahterakan secara berkelanjutan dalam membenahi kualitas pelaksanaan PKB selanjutnya.

I Nyoman Wija, SE, AK, M.Si. yang kembali diangkat sebagai Sekretaris Tim Pengawas Independen PKB 2018 mengakui bahwa tujuan dari evaluasi atau pengawasan ini sesungguhnya adalah mencari kebenaran untuk meningkatkan mutu PKB baik perencanaan maupun pelaksanaannya. Dengan mutu yang baik kita dapat menetapkan PKB sebagai salah satu wadah (strategi) untuk melestarikan dan mengembangkan seni budaya Bali.

Diakuinya, untuk mencapai tujuan tersebut pengawasan tentunya berdasarkan PERDA Provinsi Bali No. 04 tahun 2006 tentang Pesta Kesenian Bali (PKB), yakni tujuan utama PKB adalah melestarikan, memelihara, membina dan mengembangkan seni budaya Bali.

Selanjutnya, tujuan antara seperti mengkaji konsep konsep dan masalah seni budaya, serta menggali, mendorong dan mengembangkan kreasi baru yang tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa, promosi usaha-usaha di bidang seni budaya dan kerajinan rakyat, serta memberi hiburan yang sehat kepada masyarakat. Di mana faktor lain yang mendukung dan memengaruhinya meliputi agama, penerangan/informasi, kesejahteraan sosial, pendidikan, pariwisata, perdagangan, industri dan dunia lain.

Diharapkan, melalui pengawasan yang komprehensif ini nantinya PKB dapat menjadi hiburan yang sehat bagi masyarakat. Di mana indikatornya meliputi menyenangkan, indah, bervariasi, berisi lelucon/komedi, memberi keluasan pengetahuan, dapat mengharukan perasaan, tidak menjemukan, menimbulkan rasa bangga, bermutu/berkualitas, serta memberi tuntunan moral.

Kepala Dinas Kebudayaan Bali, Drs. Dewa Putu Beratha, berharap tema PKB tahun ini mampu membangun dan mengobarkan semangat masyarakat serta menciptakan iklim kondusif, kreatif, inovatf, dan arif dalam menyikapi berbagai peristiwa. Esensial sumber energi panas merupakan hal pokok dalam kehidupan manusia yang patut diberdayakan untuk mewujudkan kesejahteraan hidup.

Pemaknaan semangat ini selain ciptaan karya inovatif yang tetap berpijak pada sumber seni klasik dan tradisi juga dimaksudkan semangat dalam menjaga kelestariaan ciptaan para seniman pada masa lalu yang hingga kini masih diakui kehadirannya sebagai kekayaan seni budaya Bali.

Pelaksanaan PKB tahun ini merupakan momentum penting dalam melakukan perubahan yang lebih nyata supaya segala persoalan tahunan dari pestanya seniman Bali ini dapat diatasi dengan baik dan tuntas. Dengan kata lain, tidak terus menerus terulang kembali sehingga citra PKB menjadi semakin lebih baik dan bermartabat, serta ramah terhadap kepentingan atau hak publik secara universal.

Marilah kita sambut ajang perhelatan akbar PKB tahun ini dengan penuh sukacita dalam semangat kemeriahan serta selalu menjaga kebersihan, kenyamanan dan keamanan Bali di tengah kesemarakan demokrasi politik pemilihan kepala daerah. Demi kemajuan pariwisata Budaya bangsa di masa mendatang.

 

Editor : Whraspati Radha