ilustrasi peternakan ayam

Denpasar (Metrobali.com)-

Subsektor peternakan dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) di Bali andilnya sebesar 112,57 persen pada bulan April 2015, turun 0,03 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 112,60 persen.

“Subsektor peternakan yang terdiri atas ternak besar, kecil, unggas dan hasil ternak lainnya merosot akibat indeks harga yang diterima petani (lt) naik sebesar 0,32 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Jumat (22/5).

Ia mengatakan, namun indeks yang dibayar petani (lb) mengalami kenaikan yang lebih besar yakni mencapai 0,35 persen. Kenaikan harga yang diterima petani dipicu oleh meningkatnya harga kelompok ternak besar 0,83 persen dan hasil ternak 0,22 persen.

Sedangkan kelompok ternak kecil menurun sebesar 0,52 persen dan unggas juga berkurang 0,78 persen. Sedangkan naiknya indeks yang dibayar petani dipengaruhi oleh kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,25 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,45 persen.

Subsektor peternakan merupakan salah satu dari lima komponen pembentukan NTP Bali. NTP Bali secara keseluruhan menurun 0,35 persen dari 103,41 persen pada Maret 2015 menjadi 103,05 persen pada April 2015.

Dari lima komponen yang menentukan pembentukan NTP Bali tiga di antaranya mengalami penurunan, selain subsektor peternakan juga subsektor tanaman pangan 3,37 persen dan subsektor perikanan 0,64 persen.

Sedangkan dua subsektor mengalami peningkatan meliputi subsektor perkebunan rakyat sebesar 1,07 persen dan hortikultura 0,67 persen, ujar Panasunan Siregar.

Hasil sensus pertanian 2013 menunjukkan, pengembangan subsektor peternakan dan perkebunan menjadi andalan petani Bali, karena kedua sektor itu mampu memberikan kontribusi pendapatan terbesar bagi rumah tangga petani.

Kedua sektor andalan itu secara makro memberikan kontribusi sebesar 51,30 persen dari total pendapatan petani rata-rata sebesar Rp11,97 juta per rumah tangga tani setahun. AN-MB