Ilustrasi

Denpasar, (Metrobali.com)

Pilkada Serentak 27 November 2024 akan semakin berat. Berikut ini tantangan Gubernur Bali Lima Tahun ke Depan.

Menurut I Gde Sudibya, Ketua FPD (Forum Penyadaran Dharma), tantangan gubernur lima tahun tahun ke depan dari perspektif kebijakan fiskal, lebih ekstra hati-hati dalam pengelolaan APBD Bali, sehingga tidak terulang defisit APBD 2023 sebesar 0.9 T.

“Jangan seperti di Jaman mantan Gubernur Bali Wayan Koster, anggaran begitu dihambur hamburkan untuk pembangunan, sehingga APBD Bali sampai defisit,” katanya.

Ke depan, kata I Gde Sudibya dalam penentuan prioritas pembangunan, yang tercermin dalam politik anggaran, program prioritas untuk pemberdayaan “wong cilik”, tidak dikorbankan ke berbagai proyek mercu suar yang boros anggaran, merusak lingkungan, dan belum tentu bermanfaat banyak bagi masyarakat lokal.

Dikatakan, diingatkan bahwa tolok ukur pembangunan tidak timpang ke ukuran fisik peradaban, tetapi lebih berimbang antara kepentingan: ekonomi, pemerataan, penyelamatan lingkungan dan pelestarian budaya.

Pekerjaan Gubernur lima tahun ke depan perlu membuat kebijakan bahwa desakralisasi atau profanisasi tempat suci dan upakaranya sudah semestinya dihentikan, karena menyangkut wilayah keimanan umat tentang: kesucian, kesakralan, “taksu”, “tenget”, “pingit”.

“Gubernur pengganti Wayan Koster harus mampu menjadi pemersatu umat (sosial integrator), bukan menimbulkan friksi, fenomena pengepingan, polarisasi sosial, akibat prilaku politik yang kurang elegan,” kata Gde Sudibya, Ketua FPD (Forum Penyadaran Dharma). (Nyoman Sutiawan)