Foto Siwaratri (1)
Sembahyang Hari Siwaratri di Pura Jagat Nata, Denpasar, Jumat (8/1) malam

Denpasar (Metrobali.com)-

Siwaratri adalah hari suci untuk melaksanakan pemujaan ke hadapan Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang Siwa. Hari Siwaratri mempunyai makna khusus bagi umat hindu, karena pada hari tersebut Sang Hyang Siwa beryoga. Ini juga merupakan salah satu bentuk ritual Hindu yang mengajarkan kita untuk selalu memelihara kesadaran diri agar terhindar dari perbuatan dosa.

 Sehubungan dengan itu umat Hindu melaksanakan kegiatan yang mengarah pada usaha penyucian diri, perbuatan, serta pikiran ke hadapan Sang Hyang Siwa, dalam usaha menimbulkan kesadaran diri, demikian disampaikan Kabag Kesra Setda Kota Denpasar I Gst Ngurah Mataram usai melakukan persembahyangan bersama dalam pelaksanaan Hari Suci Siwaratri yang dipuput Ida Pedanda Putraka Timbul Griya Timbul Kesiman di Pura Agung Jagatnatha, Jumat (8/1) . Persembahyangan bersama ini dihadiri pula seluruh SKPD di Lingkungan Pemerintahan Kota Denpasar.

 Lebih lanjut Ngurah Mataram menyampaikan, diakui atau tidak, manusia sering lupa, karena memiliki keterbatasan. Karena sering mengalami lupa itu, maka setiap tahun pada sasih kepitu (bulan ketujuh menurut penanggalan Bali), dilangsungkan upacara Siwa Ratri dengan inti perayaan malam pejagraan. Dimana pejagraan yang asal katanya jagra itu artinya sadar, eling atau melek. Orang yang selalu jagralah yang dapat menghindar dari perbuatan dosa. Hal itu diwujudkan dengan pelaksanaan brata berupa upawasa, monabrata dan jagra. Oleh sebab itu Siwaratri lebih tepat jika disebut malam kesadaran atau malam pejagraan, bukan ”malam penebusan/peleburan dosa” sebagaimana sering diartikan oleh orang-orang kebanyakan pada umumnya.

 “Memang, orang yang selalu sadar akan hakikat kehidupan ini, selalu terhindar dari perbuatan dosa. Orang bisa memiliki kesadaran, karena kekuatan budhinya (yang menjadi salah satu unsur alam pikiran) yang disebut citta. Melakukan brata Siwa Ratri pada hakikatnya menguatkan unsur budhi. Dengan memusatkan budhi tersebut pada kekuatan dan kesucian Siwa sebagai salah satu aspek atau manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa, kita melebur kegelapan yang menghalangi budhi dan menerima sinar suci Tuhan. Jika budhi selalu mendapat sinar suci Tuhan, maka budhi akan menguatkan pikiran atau manah sehingga dapat mengendalikan indria atau Tri Guna”, ujarnya.

 Ngurah Mataram berharap, Melalui Hari Suci Siwaratri yang juga bertepatan dengan Deklarasi Revolusi Mental menjadikan suatu ajang berbenah diri, “Melalui Deklarasi Revolusi Mental yang juga bertepatan dengan Hari Suci Siwaratri ini berharap menjadi suatu tolok ukur serta suatu ajang  untuk berbenah diri dalam meningkatkan pelaksananaan pembangunan khususnya di Kota Denpasar“, tegas Ngurah Mataram. EKA-MB