Gong Kebyar1

Denpasar (Metrobali.com)-

Pengamat dan pelaku seni budaya Bali, Kadek Suartaya, SS Kar, MSi memprediksikan, perkembangan dan keberadaan gong kebyar yang kini telah mendunia akan terus berlanjut di masa mendatang.

“Gong kebyar akan tetap memberikan peran dan pengaruh terhadap jagat seni pertunjukkan Bali,” kata Kadek Suartaya yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Sabtu (6/12).

Ia mengatakan, namun ketika perkembangan gong kebyar sudah merata di seluruh Bali, sebaliknya prinsip estetik gamelan Bali yang lainnya juga mempengaruhi prinsip musikal gong kebyar.

Kendati secara ekstrinsik, identitas musik kebyar tetap menjadi bingkai, namun elemen-elemen musikal gamelan Bali lainnya masuk terintegrasi dalam komposisi gong kebyar.

“Tabuh-tabuh kreasi tahun 1960-1990 yang menghadirkan secara eksplisit pola-pola yang dimiliki oleh misalnya gamelan gender wayang atau gamelan gambang.

Apa yang disebut gagenderan yang biasanya dimunculkan pada penggalan awal gending adalah dieksplorasi dari gamelan gender wayang yang dielaborasi secara ornamentik,” katanya.

Suartaya menambahkan, demikian juga apa yang dikenal dengan gagambangan yang biasanya dihadirkan pada bagian akhir, pengecet, pada sebuah komposisi ditransformasikan secara estetik dari pola-pola gamelan tua gambang.

Keterpengaruhan gong kebyar yang sangat prinsip adalah berkaitan dengan sistem bunyi sebagai suatu yang esensial pada seni musik. Dalam festival gong kebyar di arena PKB, duta Kabupaten Buleleng tidak menggunakan instrumen gangsa (giying, pemade, dan kantil) “Perubahan dari gangsa mapacek ke gangsa magantung rupanya secara umum berlangsung pada gamelan gong kebyar di Bali Utara belakangan ini. Keterpengaruhan gong kebyar di Buleleng tentu berpengaruh pada sistem bunyi dan teknik permainan,” ujar Suartaya. AN-MB