Denpasar (Metrobali.com)-

Seniman Bali hendaknya mampu menyadarkan para pengambil kebijakan bahwa proses pembangunan di Pulau Dewata sekarang ini keliru jauh menyimpang dari nilai-nilai dasar diwarisi masyarakatnya secara turun temurun, kata Gede Ardika, mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata “Pembangunan Bali yang menyangkut berbagai aspek kehidupan bukan menjadi duplikat orang asing yang tidak sesuai dengan kepribadian orang Bali maupun bangsa Indonesia,” kata Gede Ardika, mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata di Denpasar, Jumat (18/10).

Ketika tampil sebagai pembicara utama dalam seminar seni rupa yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekrap), ia mengatakan, pengembangan seni budaya Bali yang mendukung sektor pariwisata adalah sebuah contoh yang berbeda untuk Indonesia.

Pengembangan seni rupa yang merupakan bagian dan seni budaya itu yang diwarisi masyarakat secara turun temurun memiliki unsur tradisi dan etika sehingga mampu tampil secara spetakuler.

Oleh sebab itu para seniman hendaknya mampu menghasilkan karya-karya yang mampu mempengaruhi para pengambil kebijakan agar mengembangkan Bali sesuai potensi seni budaya dan tradisi yang diwarisi masyarakat setempat.

“Karena perbedaan menyangkut seni, budaya, tradisi dan kehidupan ritual itulah yang menjadikan Bali sebagai daerah tujuan wisata yang mampu menarik perhatian wisatawan mancanegara,” ujar Gede Ardika yang kini aktif dalam berbagai organisasi yang peduli terhadap kelestarian dan pengembangan seni budaya Bali.

Pria kelahiran Singaraja 15 Februari 1945 atau 68 tahun yang silam itu mengingatkan, pilar kebudayaan Bali meliputi religiusitas, estetika, etika, logika, kreativitas dan praktika.

Semua itu menjadi satu kesatuan yang merupakan bagian dari kehidupan orang Bali, termasuk keindahan dalam proses berkesenian. Seni rupa yang merupakan bagian dari ekonomi kreatif dapat dikembangkan sedemikian rupa untuk menghasilkan karya-karya seni yang bermutu.

Bali sebagai daerah tujuan wisata tampil berbeda unik dan menarik berkat budaya dan alamnya. Kebinekaan jati diri adalah jiwa kepariwisataan. Sementara alam dan budaya modal yang harus tetap dapat dilestarikan, harap Gede Ardika. AN-MB