logo otoritas jasa keuangan (OJK)Denpasar (Metrobali.com)-

Secara regional perkembangan ekonomi provinsi Bali yang juga didukung oleh sektor jasa keuangan hampir sama dengan kondisi perekonomian nasional. Sektor jasa keuangan yang terdiri dari industri perbankan baik bank umum atau BPR, industri keuangan non bank dan pasar modal yang berada di provinsi Bali bertumbuh dengan baik.

“Satu tahun terakhir ini, perbankan di Bali kondisinya berkembang dengan baik positif total aset 9,5 persen kreditnya 10,8 persen, itu peningkatan yang cukup signifikan untuk kondisi seperti sekarang ini, dan syukurnya perkembangan di Bali ini selain aset dan kredit juga dapat meningkat dengan baik, tingkat non performing loan (NPL) nya itu juga relatif rendah rasionya jauh dibawah nasional patut disyukuri karena keterlibatan kita semua,” kata Kepala Regional Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bali – Nusra Zulmi, usai pertemuan tahunan dengan para pelaku industri jasa keuangan 2016 di Denpasar, Kamis (18/02).

Menurut Zulmi, meski rasio NPL nya sedikit naik namun kondisi ini tidak hanya di Bali tapi seluruh Indonesia dan secara global dimana terjadi perlambatan ekonomi.

“Ada peningkatan sedikit itu masih wajar kalau rangenya naik sedikit itu masih dalam katagori sehat kalau diatas 5 persen baru kita waspada,” katanya.

Zulmi menjelaskan, di tahun 2016 rata-rata tingkat pertumbuhan yang ditargetkan bisa dari 13 persen hingga 14 persen untuk penyaluran kredit dan aset. Saat ini kondisi di Bali meski terjadi perlambatan ekonomi secara global tapi Bali memiliki sisi unik.

“Justru sektor pariwisata merupakan sektor utama untuk bisa menumbuhkan sektor perekonomian di Bali. Usaha-usaha yang tumbuh saat ini usaha yang bergerak bisa menopang sektor pariwisata itu sendiri, jadi kita optimis pertumbuhan 13 atau 14 persen bisa kita raih,” harapnya.

Ditambahkan Zulmi, pihaknya tidak mentargetkan bahwa rasio perbankan harus konservatif atau moderat. Memang jika dibandingkan tahun lalu target rasio perbankan tinggi karena dimulainya perlambatan ekonomi.

Namun sesungguhnya dengan melemahnya rupiah di Bali masyarakat justru sangat diuntungkan karena wisatawan yang tinggal lama di Bali bisa melakukan transaksi keuangan dengan rupiah sesering mungkin, sehingga para pelaku usaha yang menopang industri pariwisata berkembang secara positif.

Data OJK menunjukkan, aset industri perbankan Bali meningkat sebesar Rp9,04 triliun atau 9,48 persen dari Rp95,30 triliun di akhir 2014 meningkat menjadi Rp 104,35 triliun di akhir tahun 2015.

Selain itu, rasio jumlah kredit dan dana yang dihimpun atau Loan to Defisit Ratio (LDR) meningkat dari 81,14 persen menjadi 86,21 persen pada akhir 2015. Perbaikan rasio intermediasi ini diikuti dengan peningkatan jumlah kredit perbankan yang disalurkan untuk mendukung investasi dan modal kerja dunia usaha dan konsumsi masyarakat.

Selama tahun 2015 jumlah kredit perbankan Bali juga meningkat cukup besar yaitu 10,58 persen dari Rp65,33 triliun pada akhir 2014 menjadi Rp71,14 triliun di akhir 2015. Untuk penyaluran kredit kepada UMKM juga meningkat sebesar 14,09 persen dari Rp27,00 triliun di tahun 2014 menjadi Rp30,81 triliun di tahun 2015.SIA-MB