Denpasar (Metrobali.com)

Data KPAI menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 100% pada kasus kekerasan seksual terhadap anak antara tahun 2013-2014[1] di Indonesia dan Bali masuk dalam 10 besar daerah dengan tingkat kekerasan terhadap anak tertinggi[2]. Kementerian Sosial mencatat setidaknya 1,5 juta remaja mengalami kekerasan seksual pada tahun 2014[3] dan menurut BP3A Provinsi Bali, hampir dua hari sekali media melaporkan pelecehan/kekerasan terhadap anak di tahun 2016 ini. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa Indonesia, Bali, saat ini dalam kondisi darurat kekerasan seksual dan perlu dilakukan tindakan.

 

Untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan angka tersebut, Rutgers WPF Indonesia bersama Krishnalila Foundation (KLF) menyelenggarakan kegiatan edukasi publik (seminar, workshop, radio talkshow) untuk menanggulangi kekerasan seksual terhadap anak melalui pendidikan seksualitas komprehensif di Bali mulai 18-20 Desember 2016 dalam rangkaian acara CSE Roadshow 2016. “Pendidikan seksualitas komprehensif penting untuk anak agar mereka memiliki pemahaman akan tubuh dan lingkungannya, memiliki life skills untuk mengambil keputusan terbaik bagi dirinya, serta mampu melindungi diri sendiri”, ungkap Monique F. Soesman, Direktur Rutgers WPF Indonesia. Dari kegiatan ini diharapkan pemahaman publik akan bertambah tentang pentingnya memberi pendidikan seksualitas yang komprehensif sejak dini untuk mencegah kekerasan seksual yang kerap terjadi pada anak.

CSE Roadshow 2016 diselenggarakan oleh Rutgers WPF Indonesia bersama mitra kerjanya di Bengkulu, Riau, Medan, Semarang, Bali dan Pontianak, dengan melibatkan pemerintah lokal dan akademisi. Rutgers WPF Indonesia sejak 2007 telah mengembangkan berbagai modul pendidikan seksualitas komprehensif untuk anak dari berbagai usia dan latar belakang yang berbeda mulai dari TK, SMP, SMA, hingga SLB dan Lapas dengan melibatkan institusi-institusi pendidikan dan organisasi kemasyarakatan. Modul-modul yang dikembangkan sangat ramah terhadap anak. “Hasil yang kami harapkan adalah anak menjadi subjek perubahan, bukan sekedar objek yang harus dilindungi. Ketika anak-anak sadar akan haknya, mereka akan menjadi aktor anti kekerasan karena pendidikan seksualitas yang kami tawarkan berbasis pada penghargaan tubuh sendiri dan tubuh orang lain,” jelas Andre Susanto, Manager Comprehensive Sexuality Education Rutgers WPF Indonesia.

 

Krishnalila Foundation, sebagai mitra Rutgers WPF Indonesia di dalam kegiatan ini di Bali, berniat untuk mengembangkan program komunikasi antara orang tua-anak-guru untuk menanggulangi kekerasan seksual ke depannya, bekerja sama dengan instansi pemerintah terkait dan mengundang pemangku kepentingan yang memiliki tujuan yang sama untuk bergabung. Orang tua, pendidik, pemerintah, dan elemen-elemen masyarakat lainnya perlu bersinergi guna mewujudkan Bali menjadi provinsi yang layak bagi anak. Media, hendaknya juga turut serta ambil bagian penting dalam membantu meningkatkan pemahaman publik akan pentingnya memberi pendidikan seksualitas yang komprehensif sejak dini untuk mencegah kekerasan seksual yang belakangan ini marak terjadi pada anak. RED-MB