air asia 2

Jakarta (Metrobali.com)-

Jejak lokasi sesungguhnya pesawat AirAsia jenis Airbus A320-200 dengan nomor penerbaangan QZ 8501 hingga kini belum ditemukan, setelah lebih 24 jam dinyatakan hilang kontak oleh otoritas penerbangan nasional, Minggu (28/12) pagi.

Entah di mana keberadaan pesawat berwarna khas merah putih tujuan Surabaya-Singapura itu. Otoritas kebencanaan dan keamanan terus mencari dan mencari dengan seluruh daya dan upaya yang dimiliki.

Kalau hilang kontak lalu jatuh, di manakah lokasinya? Kalau mendarat darurat, di mana pula lokasinya? Tanda-tanda yang memastikan lokasinya hingga Senin pagi belum ditemukan. Bahkan disampaikan bahwa jika mendarat darurat atau jatuh sekalipun masih ada peralatan di pesawat itu yang bisa memancarkan sinyal ke radar penerbangan, tapi sinyal itu tidak juga ada.

Selain itu terus melacak sinyal darurat, pencarian pesawat itu tampaknya juga berdasarkan titik koordinat saat kontak terakhir dengan menara sebelum akhirnya hilang kontak sama sekali.

Doa terus dipanjatkan berbagai pihak untuk keselamatan penumpang dan kru maupun pesawatnya. Simpati juga disampaikan banyak pihak kepada keluarga korban.

Publik yakin upaya keras pencarian akan membuahkan hasil. Pencarian dipusatkan di perairan laut Bangka yang melibatkan seluruh instansi serta militer.

Terpukul Pada saat yang sama, Manajemen AirAsia Indonesia menyatakan, komitmen untuk memberikan segala bentuk dukungan dalam proses investigasi dan pencarian pesawat milik taipan Malaysia, Tony Fernandes.

“Kami akan mendukung sepenuhnya proses investigasi yang tengah berlangsung. Selain itu, kami telah membentuk tim pendukung untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga maupun kerabat penumpang termasuk akomodasi dan transportasi,” kata Presiden Direktur AirAsia Indonesia, Sunu Widyatmoko.

Sunu mengatakan, pusat informasi terpadu juga telah disiapkan di Surabaya untuk membantu keluarga penumpang yang ingin mendapatkan informasi terkini.

Bagi para keluarga penumpang yang berada di Singapura, AirAsia telah menyiapkan sebuah ruangan khusus yang berlokasi di Terminal 2 lantai 3 Bandara Changi Singapura untuk memberikan informasi terbaru secara berkala.

Manajemen maskapai ini sungguh terpukul atas kejadian tersebut. Dia menyatakan tengah berkoordinasi dengan seluruh otoritas terkait guna menentukan penyebab kejadian ini.

“Saat ini prioritas utama kami adalah memberikan informasi terkini kepada keluarga atau kerabat penumpang dan karyawan AirAsia yang berada di pesawat tersebut,” ucapnya.

Perawatan AirAsia Indonesia menyatakan Airbus A320-200 dengan nomor registrasi PK-AXC tersebut dalam kondisi layak terbang dan telah melakukan perawatan terjadwal, terakhir dilakukan pada 16 November 2014.

Sedangkan Pilot Capt Iriyanto yang memimpin penerbangan pesawat QZ 8501 telah memiliki pengalaman 20.537 jam terbang dan 6.053 jam di antaranya terbang bersama maskapai tersebut.

Sedangkan “first officer” atau copilot Remi Emmanuel Plesel yang mendampingi Capt Iriyanto telah memiliki pengalaman 2.247 jam terbang.

Di penerbangan itu ada teknisi Saiful Rakhmad. Sedangkan awak pesawat yang turut dalam pesawat adalah Wanti Setiawati, Khairunisa Haidar Fauzi, Oscar Desano dan Wismoyo Ari Prambudi.

Empati Kini perhatian publik tertuuju kepada musibah pesawat ini dan upaya pencariannya. Media massa adalah andalan publik untuk memenuhi keingintahuan perkembangan pencarian itu.

Namun, diingatkan agar media tidak menyiarkan informasi menyesatkan dan meresahkan masyarakat, terutama keluarga korban. Cara-cara mendapatkan informasinya pun diingatkan agar menghargai perasaan keluarga korban.

Adalah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat yang sudah menyampaikan peringatan tersebut. KPI mengimbau lembaga penyiaran agar berempati terhadap keluarga korban dalam peliputan hilangnya pesawat AirAsia QZ 8501.

“Lembaga penyiaran dalam peliputan yang melibatkan pihak-pihak yang terkena musibah wajib mempertimbangkan perasaan duka dan kondisi psikologis keluarga korban,” ujar Komisioner KPI Pusat Bidang Pengawasan Isi Siaran Agatha Lily melalui surat elektronik yang diterima di Jakarta, Senin.

“Kami minta agar lembaga penyiaran tidak memaksa dan menekan keluarga korban untuk menjawab pertanyaan yang akan menambah rasa duka dan trauma, apalagi memaksa mengambil gambar kondisi keluarga yang sedang terpukul,” kata dia.

Agatha menegaskan bahwa Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran KPI secara jelas telah mengatur pedoman peliputan bencana yang wajib dipatuhi oleh seluruh lembaga penyiaran. AN-MB

activate javascript