Buleleng (Metrobali.com)-

DR. dr. Ketut Putra Sedana, Sp.OG yang akrab disapa dokter Caput selaku Ketua Banteng Muda Indonesia (BMI) Buleleng memprakarsai penerbitan Buku Ensiklopedia Bung Karno, yang di lounching pada Rabu, (16/8/2023) di pelataran Bale Agung, Kelurahan Paket Agung, Singaraja.

Tampak hadir di acara tersebut, DR. Nurinwa Ki. S. Hendrowinoto dalam hal ini selaku penyusun Buku Ensiklopedia Bung Karno, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Bali Dewa Made Mahayadnya, SH, para tetua atau penglisir Bale Agung, Satgas dan Anggota BMI Buleleng serta undangan lainnya.

Dikonfirmasi usai acara lounching, Nurinwa Ki. S. Hendrowinoto penyusun Buku Ensiklopedia Bung Karno yang memuat tentang jejak kepemimpinan Bung Karno dari awal kemunculannya hingga akhir kepemimpinannya itu menerangkan bahwa penyusunan buku ensiklopedia Bung Karno melalui proses yang cukup panjang sejak Tahun 2002 lalu.

Menurutnya Ide untuk membuat buku perjalanan Bung Karno, disaat dirinya membuat Novel Stamboel Cinta dari Bali. Dimana isi dari Novel tersebut mengisahkan tentang kisah cinta Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai Srimben yang merupakan orang tua dari Bung Karno.

Selanjutnya pada saat akan melakukan penyusunan dan pencarian data ke rumah Nyoman Rai Srimben di Bale Agung, bertemu dengan Putra Sedana dan memberikan informasi sebagian isi dari buku tersebut.

“Sebenarnya data saya itu mati suri, namun ketika menyusun novel kisah cintanya orang tua Bung Karno bertemu dengan Putra Sedana.” ujarnya.

“Awalnya sih tidak yakin, tapi setelah Putra Sedana ke rumah saya di Surabaya, lalu kita perbaharui datanya. Yangmana awalnya diperkirakan hanya 11 jilid, ternyata menjadi 15 jilid,” ungkap Nurinwa Ki. S. Hendrowinoto didampingi Putra Sedana.

Lebih lanjut diterangkan buku ensiklopedia Bung Karno menyajikan perjalanan Soekarno, saat pertama kali namanya dimuat dalam pers pada Tahun 1927 hingga wafat pada Tahun 1970. Ribuan kliping berita tentang Soekarno dikumpulkan yang pengerjaannya dilakukan selama 6 bulan bersama 8 orang sarjana di Perpustakaan Nasional.

Ia menyebut proses pengumpulan kliping tersebut tidaklah mudah, mengingat surat kabar lama yang memuat berita tentang Soekarno kebanyakan sudah rusak. Namun demikian, berinisiatif untuk memfotonya. Hanya saja harga per exemplarnya ada yang Rp 15 ribu hingga Rp 60 ribu.

“Kita merujuk datanya dari pers, dimulai Tahun 1927 sampai meninggalnya Soekarno Tahun 1970. Adapun kliping surat kabar yang dikumpulkan dari dalam negeri dan juga luar negeri. Kliping pemberitaan yang paling dahsyat di Tahun 1960 – Tahun 1970, disaat Soekarno jatuh dan meninggal.” urainya.

Untuk sementara ini, ujarnya lagi Buku Ensiklopedia Bung Karno baru dicetak dua copy. Rencananya satu copy akan ditempatkan di museum dan satunya lagi akan dihadiahkan kepada pihak keluarga Bung Karno.

“Buku Ensiklopedi Bung Karno ini tidak dibuatkan copyan, karena akan digunakan riset, dan malahan nantinya diubah menjadi prosa atau novel.” tutup Nurinwa Ki. S. Hendrowinoto.

Sementara itu dari pemrakarsa Buku Ensiklopedia Bung Karno yakni Ketut Putra Sedana atau dokter Caput berharap peluncuran buku ini nantinya bisa menjadi panduan guna memahami dan membumikan ideologi ajaran Bung Karno yang identik dengan Pancasila.

“JAS MERAH, Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah, dan juga Bangsa yang besar adalah Bangsa yang menghargai Jasa para Pahlawannya.” pungkasnya.

 

Pewarta : Gus Sadarsana