foto-konser-mini-desa-adat-ungasan-7-januari-2017

Konser mini Desa Adat Ungasan/MB

Badung (Metrobali.com)-

Lewat konser mini, perjuangan rakyat Bali dalam menolak rencana Reklamasi Teluk Benoa terus digelorakan dari kampung ke kampung dan sebagai pembuka tahun 2017, konser mini tolak reklamasi Teluk Benoa diadakan di Desa Adat Ungasan. Desa Adat Ungasan merupakan satu dari 39 Desa Adat yang tergabung dalam Pasubayan Desa Adat Tolak Reklamasi. Desa Adat Ungasan menggelar konser mini tolak reklamasi Teluk Benoa pada hari Sabtu, 7 Januari 2017 sejak sekitar pukul 18.30 WITA di Wantilan Dirgha Laba yang tidak jauh dari kantor Desa Ungasan.

 Di dalam konser mini tolak reklamasi Teluk Beno tersebut, selain dihadiri pemuda, pucuk pimpinan Desa Adat dan Dinas Ungasan seperti Bendesa Adat, Ketua LPM, Ketua LPD, Kepala Pecalang, Kepala Linmas hadir dan mengikuti acara tersebut secara penuh.

 Ketua Karang Taruna Desa Ungasan, I Komang Sumaryana Putra mengatakan konser mini tersebut merupakan kebulatan tekad dari Ungasan untuk menolak reklamasi Teluk Benoa. Setiap gerakan tolak reklamasi yang dilakukannya merupakan gerakan resmi Desa Adat, dan hal tersebut sejalan dengan adanya pernyataan sikap Desa Adat Ungasan yang telah menyatakan menolak reklamasi Teluk Benoa.

 “acara ini kita adakan adalah bentuk dari tekad kami dalam membela Teluk Benoa dari ancaman Reklamasi seluas 700 hektar. Gerakan Ungasan bergerak menolak reklamasi Teluk Benoa merupakan gerakan yang murni dari hati nurani dan merupakan gerakan resmi  dari Desa Adat. Hal tersebut (Ungasan bergerak menolak reklamasi Teluk Benoa, red) sesuai dengan surat pernyataan sikap yang merupakan hasil dari kesepakatan seluruh masyarakat Ungasan yang telah menolak reklamasi Teluk Benoa” paparnya.  

 Di dalam kesempatan ini  Perbekel (Kepala Desa) Desa Ungasan, I Made Kari  mengapresiasi terselenggaranya konser mini tersebut. Selaku Perbekel di dalam sambutannya menyampaikan komitmen Desa Ungasan untuk menolak reklamasi Teluk Benoa. Ia juga menegaskan komitmen Desa Ungasan untuk terus bergerak untuk mempertahankan Teluk Benoa dari ancaman reklamasi.

 “Kami Desa Ungasan bergabung dalam Pasubayan Desa Adat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa dan keputusan untuk menolak reklamasi Teluk Benoa lahir dari hati nurani untuk membela alam Bali. Kami secara tegas menolak rencana Reklamasi yang akan dilakukan di Teluk Benoa, dan akan mempertahankan kawasan Teluk Benoa dari ancaman reklamasi” tuturnya. Ia menambahkan, banyak cara yang dilakukan untuk melakukan penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa dan salah satunya dengan mengadakan pagelaran kebudayaan dan konser mini untuk menolak reklamasi Teluk Benoa.

 Upaya masyarakat untuk terus bergerak menolak rencana reklamasi yang akan dilakukan di Teluk Benoa terus menggelora sekalipun berbagai hantaman kerap menghampiri para pejuang penolak Reklamasi.  Seperti halnya beberapa hari yang lalu ketika Menko Maritim, Luhut Binsar Panjaitan datang ke Bali. Didalam pemberitaan media massa disebutkan, Luhut Binsar Panjaitan akan melakukan kajian ulang terkait layak atau tidaknya proyek Reklamasi bersama dengan Universitas Udayana dan World Bank (Bank Dunia). Di dalam orasinya, Wayan Gendo Suardana selaku Koordinator ForBALI menyampaikan gagasan Luhut binsar Panjaitan untuk mengkaji ulang rencana reklamasi teluk benoa menampikkan perjuangan rakyat dan hasil kajian Universitas Udayana yang menyatakan reklamasi Teluk Benoa tidak layak.

 “Ide Kajian ulang yang ditawarkan oleh Menko Kemaritiman yakni Luhut Binsar Panjaitan, antara Udayana dan World Bank (Bank Dunia) tidak bisa kita terima dengan akal sehat. Sebab ide kajian ulang ini telah menampikan kajian dari Universitas Udayana yang menyatakan bahwa Teluk Benoa tidak layak untuk direklamasi. Kajian ulang tersebut juga menampikan perjuangan rakyat yang hampir berjalan selama 4 tahun dalam menolak reklamasi Benoa” ujarnya.

 Gendo juga juga berharap apabila Menko Maritim memang benar melihat kasus ini, seharusnya tidak ada lagi ide untuk melakukan kajian ulang di Teluk Benoa, melainkan menghentikan upaya pemaksaan proyek tersebut dan melihat perjuangan rakyat sebagai fenomena sosial budaya yang merupakan salah satu unsur dalam AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).

“Kalau AMDAL selama ini tidak bisa terbit karena adanya penolakan Desa Adat di Bali itu artinya aspek sosial budaya tidak terpenuhi. Maka tidak ada pilihan lain bagi Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan untuk memaksakan kehendaknya, yang harus dilakukan adalah AMDAL harus diputuskan tidak layak karena aspek sosial budayanya tidak terpenuhi dan reklamasi Teluk Benoa harus dihentikan” pungkas Gendo

Acara semakin larut dan dihibur oleh band selanjutnya yakni The Hydrant  disertai dengan pekikan yel – yel perlawanan penolakan reklamasi Teluk Benoa dan ditutup dengan penampilan dari Riddam Killah Soundsystem hingga acara selesai dengan tertib dan damai. Selain kedua grup music tersebut, konser mini kali ini dimeriahkan White Roses, Jangar, group lawak/Bondres Bali Temuyuk Mekuris serta dua band asal Desa Ungasan yakni Feel Like Hero dan Ulu Roots. RED-MB