Foto: Para peserta Parade Berkebaya di Pantai Jerman berfoto bersama.

Badung (Metrobali.com)-

Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Provinsi Bali menggelar aksi Parade Berkebaya di Pantai Jerman dengan mengusung spirit dan pesan “Berkebaya Tidak Ribet” pada Minggu 14 Januari 2024, di Pantai Jerman, Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Parade Berkebaya ini disambut sangat antusias dan berlangsung penuh keseruan dengan terbukti diikuti banyak peserta mulai dari para ibu-ibu dari berbagai daerah dan kalangan, para pelaku UMKM di Pantai Jerman hingga yang membanggakan disambut antusias juga oleh generasi muda para perempuan generasi milenial dan generasi Z.

Parade Berkebaya di Pantai Jerman ini juga turut menyukseskan agenda kolaborasi Pusat Studi Universitas Pendidikan Nasional (PSU) Denpasar bersama Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia dan Tim Kolaborasi yang menggelar kegiatan Graduation Ceremony dari Program KolaborAksi UMKM di Pantai Jerman pada hari yang sama serangkaian juga acara Family Beach Day. Graduation Ceremony ini merupakan acara penutupan Program Pemberdayaan (Pelatihan & Pendampingan) Komunitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Pantai Jerman yang telah dijalankan sepanjang tahun 2023.

 

Parade Berkebaya di Pantai Jerman juga menyebarkan spirit dan dukungan kebaya Goes to UNESCO karena kebaya sebagai warisan busana Nusantara telah ada sejak ratusan tahun lalu. Kini keberadaan kebaya sudah saatnya diakui oleh dunia sebagai busana yang khas dengan pengakuan warisan dunia tak benda dari UNESCO agar tetap lestari.

Ni Luh Putu Gunatri selaku Ketua Pelaksana Parade Berkebaya serangkaian Graduation UMKM di Pantai Jerman menjelaskan tujuan dari kegiatan Parade Berkebaya di Pantai Jerman ini adalah untuk mengangkat kembali kearifan budaya lokal yakni kebaya dan mengedepankan tampilan kebaya santai dengan pesan utama bahwa berkebaya itu tidak ribet.

“Jadi kebaya bisa digunakan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Bahkan dalam aktivitas bersepeda hingga mendaki gunung pun bisa mengenakan kebaya tentunya dengan memilih menggunakan jenis kain yang tepat sesuai dengan situasional kondisi yang ada,” ungkap Gunatri.

Melalui kegiatan Parade Berkebaya di Pantai Jerman dengan mengusung pesan “Berkebaya Tidak Ribet” ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada para peserta maupun masyarakat umum khususnya para kaum perempuan Bali termasuk kepada para perempuan pelaku UMKM yang berjualan di Pantai Jerman akan bisa tampil cantik dengan mengusung budaya berkebaya.

Penampilan para pelaku UMKM di Pantai Jerman dengan berkebaya ketika berjualan melayani pembeli atau wisatawan juga dinilai bisa memberikan kesan tersendiri bagi wisatawan yang hadir dan menguatkan citra pariwisata Bali yang mengusung konsep pariwisata budaya. Di sisi lain penggunaan kebaya juga diyakini mendukung konsep ekonomi hijau, ekonomi biru dan lainnya.

“Jadi kebaya bisa menjadi daya tarik tersendiri dan bisa memancarkan citra pemakainya terlihat lebih anggun, cantik dan feminim namun tidak melepaskan jati dirinya sebagai perempuan Bali dan perempuan Indonesia. Daripada para perempuan ini menggunakan celana jeans atau tang top lebih baik berkebaya dan mengenakan kearifan lokal budaya Indonesia, serta tentu menunjukkan berkebaya tidak ribet, dalam suasana dan situasi apapun tetap bisa berkebaya,” pungkas Gunatri.

Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Pariwisata Undiknas Denpasar Dr. Nina Eka Lestari mengatakan Parade Berkebaya serangkaian Graduation UMKM di Pantai Jerman tidak hanya berdimensi pelestarian kebaya sebagai busana lokal dan kearifan lokal masyarakat Indonesia tapi juga berdimensi pemberdayaan ekonomi.

Dikatakan perempuan Indonesia khususnya juga di Bali tidak bisa lepas dari berkebaya, tetapi pihaknya juga ingin mengingatkan bahwa kebaya itu tidak ribet, bisa diikreasikan sehingga bisa digunakan di segala situasi baik suasana santai, semi formal maupun formal.

“Sementara jika dikaitkan dengan ekonomi, pelestarian kebaya bisa meningkatkan kreasi para pelaku ekonomi kreatif, para UMKM fesyen sehingga bisa lahir produk-produk kebaya inovasi modern yang pada akhirnya memunculkan peluang usaha ekonomi, serta yang terpenting mendorong generasi muda akan mencintai budaya berkebaya ini,” pungkas Nina.

Anak Agung Ayu Rai Wahyuni yang menjadi salah satu peserta dalam Parade Berkebaya serangkaian Graduation UMKM di Pantai Jerman mengaku senang dan bangga bisa terlibat di event ini. Dia mengakui berkebaya adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan bersama-sama khususnya juga bersama generasi muda.

Diharapkan generasi muda bisa turut serta mencintai budaya berkebaya dalam kegiatan sehari-hari. Sebab jelas berkebaya tidak ribet, bisa digunakan kapan saja dan dimana saja serta dalam kegiatan apa saja. Jadi bisa disesuaikan dengan situasinya walaupun berkebaya.

Secara khusus Rai Wahyuni juga menyampaikan harapannya untuk di Pantai Jerman yang menjadi salah satu destinasi wisata di Kuta, Bali agar bisa juga memperkenalkan kebaya kepada wisatawan mancanegara misalnya dimulai dengan para pedagang atau pelaku UMKM di Pantai Jerman memakai kebaya dalam aktivitas berjualan sehari-hari.

Ayu Kusuma yang merupakan Runner Up 1 Jegeg Bungan Desa Adat Kuta Tahun 2020 yang juga ikut serta dalam Parade Berkebaya serangkaian Graduation UMKM di Pantai Jerman mengaku sangat mendukung penuh upaya melestarikan kebaya dan mengenalkan berkebaya tidak ribet. Event Parade Berkebaya dan juga Beach Clean Up Pantai Jerman juga dinilai sangat menginspirasi.

Sebagai bagian generasi Z, Ayu Kusuma yang juga Putri Bumi Indonesia Agriculture Tahun 2021 dan mahasiwa program Magister Manajemen Undiknas Denpasar ini mengajak para perempuan generasi Z ikut menggunakan kebaya. “Tidak perlu kebaya yang mewah yang penting nyaman dipakai dan bisa terlihat anggun tanpa ribet serta juga bisa menampilkan kepribadian luhur perempuan Indonesia,” katanya.

Selebgram, entrepreneur muda dan tokoh perempuan Bali Anak Agung Ayu Maha Indra Kemala Sanjaya yang menjadi juri dalam Parade Berkebaya serangkaian Graduation UMKM di Pantai Jerman ini mengapresiasi event ini. “Di setiap kesempatan seperti event di Pantai Jerman ini penggunaan kebaya juga harus ditonjolkan, apalagi daerah-daerah destinasi pariwisata sehingga lebih mampu mengangkat jati diri kearifan lokal Indonesia dan Bali khususnya. Pantai Jerman dikenal masyarakat internasional tapi tetap mengedepankan kebaya tradisional,” katanya.

Pengusaha perempuan yang akrab disapa Gung Mas ini berharap kepada para perempuan generasi Z dan milenial agar senang dan bangga memakai kebaya karena tidak bisa tampil cantik dalam event atau kesempatan apapun.

Terkait dengan keterlibatan Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Provinsi Bali menggelar aksi Parade Berkebaya di Pantai Jerman dalam mendukung dan memeriahkan acara Graduation dan Family Beach Day di Pantai Jerman, Kepala Pusat Studi Undiknas Dr. Gung Tini Gorda menjelaskan, apapun konsep yang dijalankan oleh tim mengacu pada sinergi Pang Pade Payu. Artinya siapapun yang berkolaborasi di dalam kegiatan tersebut, yang memiliki program yang bisa disinkronkan, maka itu akan dijalankan. Jadi kecerdasan dari tim sinergi untuk bisa berkolaborasi adalah semata-mata untuk meminimalkan efisiensi biaya yang dikeluarkan.

Ditegaskannya, dengan berkebaya juga bisa melaksanakan kegiatan bersih-bersih. “Ini membuktikan bahwa berkebaya itu tidak ribet,” tegasnya.

Dalam acara tersebut juga ingin menunjukkan kepada dunia bahwa kebaya itu tidak membuat suatu kerepotan untuk menghindari semua pekerjaan yang kita lakukan. Namun dengan berkebaya justru jauh lebih elegan dalam berkegiatan.

Apresiasi juga disampaikan Armytanti Hanum Kasmito selaku Regional Public Affairs Manager Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia. Menurutnya parade berkebaya akan menjadi suatu hal yang unik dan selling point terhadap kegiatan yang dikemas di Pantai Jerman. Dikatakan pula Indonesia, khususnya Bali, telah menjadi sorotan internasional dan bahkan banyak turis asing yang berlibur ke Bali.

Oleh karena itu Army mengatakan jangan sampai orang Bali melupakan akar budaya sendiri. Menurutnya kebaya terkenal otentik dengan pakaian khas perempuan Indonesia, termasuk di Bali. Ini bisa menjadi selling point atau menjadi suatu yang terus diimplementasikan. “Dengan kegiatan parade berkebaya ini bisa menjadi semacam ketok tular bagi perempuan-perempuan di seluruh Indonesia dengan mengirimkan pesan bahwa berkebaya itu tidak ribet,” ungkapnya.

Terkait dengan parade berkebaya yang dilaksanakan di Pantai Jerman, Kelian Banjar Adat Segara I Ketut Werka juga sangat mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurutnya dengan berkebaya, seorang ibu ataupun perempuan telah memperlihatkan budaya asli orang Indonesia kepada dunia. Selain itu berkebaya juga tidak ribet karena bisa digunakan dalam berbagai kegiatan.

Aksi Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Provinsi Bali menggelar aksi Parade Berkebaya di Pantai Jerman yang juga turut menyukseskan kegiatan Graduation Ceremony dari Program KolaborAksi UMKM di Pantai Jerman ini pun berlangsung penuh kebersamaan dan keseruan serta diisi juga doa serta harapan agar ke depannya para UMKM di Pantai Jerman bisa naik kelas dan semakin cuan.

Para peserta Parade Berkebaya tampak sangat anggun mengenakan kebaya dan tampil percaya diri berlenggak lenggok di atas panggung layaknya model profesional. Mereka juga menggemakan yel-yel dukungan kebaya Goes to UNESCO. (wid)