I B Wardhana
  I B Wardhana/MB
Denpasar (Metrobali.com)-

Perubahan iklim yang terjadi belakangan ini rupanya mempengaruhi musim tanam. Seperti yang dikatakan Kepala Dinas Pertanian I B Wardhana di kantornya, Rabu (17/2). “Karena adanya perubahan iklim yang tidak semestinya mengakibatkan musim tanam yang harusnya kita lakukan awal Januari kemarin, berubah jadi di bulan Maret,” katanya.

Menurutnya berdasarkan data yang didapat dari BMKG ada pergeseran musim, yang mestinya kita harapkan hujan Desember ternyata Januari baru mulai hujan hingga Maret. “Saya sih mengharapkan sampai Maret masih ada hujan, karena kemarin kan mundur hujannya. Kita harapkan Desember hujan, taunya Januari baru mulai hujan. Artinya kita tunda tanam,” katanya.

Meski demikian ia menyatakan stok pangan di Bali hingga kini masih mencukupi, setiap saat kalau mau dilihat selalu aja ada panen. “Bahkan stok beras yang 9 ribu ton di Bulog kan masih cukup, artinya kita tidak akan kekurangan pangan,” tuturnya meyakinkan.

Lantas ia menjabarkan kaitannya dengan stok beras Bali, ada cadangan di Bulog, cadangan penggilingan padi, cadangan kebutuhan rumah tangga. “Yang susah kita pantau itu kan cadangan beras yang ada dirumah tangga, sedangkan yang di Bulog ataupun yang di penggilingan kita pegang datanya. Begitu cadangan beras yang ada di Bulog berkurang baru kita pakai stok pemerintah,” tegasnya.

Menghadapi pergeseran musim Kadis mengungkapkan, pihaknya mengupayakan percepatan tanam sebagai akibat adanya tunda tanam yang lalu. “Yang penting sekarang ada airnya dulu, begitu sawahnya basah, petani langsung turun. Bahkan kami juga dibantu pihak TNI. Pointnya yang perlu diperhatikan saat percepatan pangan benihnya ada, pupuknya ada, alatnya ada, operatornya ada, kita ndak ada masalah kok,” lugasnya.

Kadis juga menyatakan, hal penting yang jadi perhatian khusus sebenarnya air. Sebenarnya kan Kuncinya cuma di air. “Contohnya saya lihat sendiri di Jembrana, ketika petani turun, lantas air ndak ada berhentilah dia. Padahal tanah itu sudah mau diolah,” ujarnya prihatin.

Ia bersyukur dengan dibangunnya Bendungan Titab di Singaraja, minimal 17 ribu hektar lahan bisa di airi. “Saya berharap kita juga bisa memanen air hujan melalui bendungan yang dibangun, hingga tidak lagi timbul pertanyaan, masak sih kita kekurangan air, kendati membangun bendungan itu mahal, namun kita perlu,” tutupnya. AW-MB