Sukarno saat berkunjung ke india

Jakarta (Metrobali.com)-

India merupakan salah satu negara penggagas Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika (KAA) bersama Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, dan Pakistan pada 18 April-24 April 1955.

KAA dibangun dengan semangat bersama melawan kolonialisme, mengedepankan kerja sama ekonomi dan kebudayaan antara negara Asia dan Afrika.

India merdeka dari kolonialisasi Britania Raya pada 15 Agustus 1947. Sejak tanggal itu pula India dipimpin perdana menteri Jawaharlal Nehru yang kemudian menjadi sosok penting dalam KAA karena prinsipnya digunakan dalam Dasasila Bandung yang merupakan hasil rumusan KAA.

India yang merdeka dua tahun setelah Indonesia kerap dijadikan indikator kemajuan negara berkembang di Asia.

Berkembangnya ekonomi di India tidak lepas dari ajaran Swadhesi oleh Mahatma Gandhi yang berarti mampu dan mau menggunakan produk bangsa sendiri.

Kecintaan masyarakat India terhadap produk dalam negeri berbuah manis dengan majunya sektor industri otomotif, hiburan, pakaian dan makanan hingga keluar negeri.

India juga tidak kikir untuk menggenjot pendidikan tinggi untuk warganya demi kemajuan teknologi negaranya sehingga mampu bersaing dengan Tiongkok.

The Wall Street Journal 2015, Rabu (25/3), melaporkan pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia berpotensi melambat hingga 2016, namun tidak dengan India.

India yang mampu mengatasi hambatan dalam negeri diprediksi akan memimpin laju pertumbuhan Asia ketika ekonomi Tiongkok justru melambat.

Pertumbuhan ekonomi India diprediksi menyentuh angka 7,8 hingga 8,2 persen pada 2015 karena ditopang kebijakan moneter serta kebijakan belanja modal dalam proyek infrastruktur. Laju pertumbuhan ekonomi di India mencapai 7,4 persen pada 2014.

Kemajuan ekonomi negara asal kendaraan “Bajaj” dan mobil “Tata” tersebut hendaknya bisa dimanfaatkan bangsa Asia dan Afrika dalam kerangka KAA untuk menjalin kerja sama dengan India.

Mengingat pentingnya posisi India, Wakil Menteri Luar Negeri A.M. Fachir sebagai utusan khusus Presiden RI menyampaikan undangan acara Peringatan ke-60 Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (KAA) dan Peringatan ke-10 “New Asian-African Strategic Partnership” kepada Pemerintah India secara langsung pada Maret 2015.

A.M. Fachir menyampaikan kepada Menteri Luar Negeri India Sushma Swaraj mengenai arti penting kehadiran Perdana Menetri Narendra Modi pada kedua pertemuan antarnegara tersebut.

Sushma Swaraj menyampaikan Pemerintah India menyambut baik undangan Indonesia untuk penyelenggaraan KAA karena India menilai Indonesia adalah mitra strategis, sekaligus sahabat India karena memiliki kesamaan sejarah dan tujuan nasional dalam menyuarakan nasib bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.

Kerja Sama Maritim Dikutip dari laman Kementerian Luar Negeri pada Maret 2015, Wakil Menteri Luar Negeri RI, A.M. Fachir, mengatakan ASEAN-India perlu memperkuat kerja sama maritim.

A.M. Fachir menjelaskan kerja sama tersebut meliputi budaya kelautan, infrastuktur, turisme, diplomasi dan keamanan.

“Kerja sama maritim bukanlah isu baru di ASEAN, melainkan mandat yang disepakati para pemimpin ASEAN-India pada peringatan kerja sama ASEAN-India bulan Desember 2012,” katanya.

Sebagai langkah implementasi mandat tersebut, kata Wamenlu, Indonesia berharap India mendukung peningkatkan kerja sama maritim guna memperkuat hubungan antarmasyarakat ASEAN dan India di berbagai bidang.

New Delhi juga menjadi tuan rumah kerja sama ASEAN di bidang politik dan keamanan, termasuk dalam hal kerja sama Cyber Security.

Konferensi tersebut diharapkan menghasilkan langkah konkret dalam hal penanganan Cyber Security oleh ASEAN dan India sebagai negara yang cukup terdepan dalam hal teknologi di Asia.

KBRI New Delhi diwakili oleh Atase Perdagangan beserta Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC) Chennai berpartisipasi dalam pameran “Aahar International Food and Hospitality Fair” di New Delhi pada 10-14 Maret 2015.

Sejumlah perusahaan makanan asal Indonesia ikut meramaikan serta membuka peluang kerja sama pemasaran produk makanan olahan Indonesia di India sehinggga kemudian dapat meningkatkan nilai ekspor dan perdagangan Indonesia.

India juga telah lama dikenal sebagai negara pemasok produk tekstil untuk Indonesia.

Selain itu, India pun mengaku tergantung dengan minyak sawit produksi Indonesia dan yakin impornya akan terus bertambah sejalan denggan permintaan yang terus meningkat.

“Dari 7,59 juta ton impor minyak sawit India pada tahun lalu misalnya, sebagian besar berasal dari Indonesia,” kata President The Solvent Extractors Association of India (SEA), Pravin S Lunkad kepada Antara, Minggu (8/3).

Pravin menjelaskan India kian tergantung dengan minyak sawit Indonesia karena kebutuhan yang meningkat dan minyak sawit Indonesia bermutu baik.

Pravin menjelaskan dengan populasi 1,2 miliar orang, India membutuhkan 18 juta ton minyak nabati dan 11 juta ton diantaranya impor.

“Untuk sawit, sebagian besar dari Indonesia dan Malaysia,” katanya.

Pravin menyebutkan tahun 2015, prediksi impor India meningkat karena produksi sawit dan minyak nabati di India menurun.

Mengutip dari Kementerian Perindustrian RI, Indonesia dan India juga menjalin kerja sama bilateral forum perkembangan industri otomotif meliputi pertukaran konsesi tarif bea masuk produk otomotif, kerja sama teknologi, kerja sama promosi dan investasi.

Salah satu produk otomotif India yang masuk ke Indonesia adalah Tata Motors yang beroperasi sejak 2013.

Presiden Direktur Tata Motor Distribusi Indonesia (TMDI) Biswadev Sengupta kepada Antara, Maret (28/3), mengemukakan langkah investasi Tata adalah menjadikan Indonesia pasar terbesar di luar India.

Selain kerja sama sektor ekonomi, Indonesia dan India juga kerap melakukan kerja sama di bidang pariwisata, pendidikan, seni dan budaya.

Kesamaan budaya Sejak 300 tahun lalu, setiap tanggal 1 Jumadil Akhir penanggalan kalender Hijriah digelar acara serak gulo atau tradisi turun temurun untuk memperingati hari lahir ulama India Souhul Hamid.

Tradisi serak gulo merupakan kebudayaan masyarakat India Muslim yang dirayakan di Padang, Singapura dan India.

Ketua Himpunan Keluarga Muhammadan Padang, Ali Khan Abu Bakar Alhaj menjelaskan kepada Antara, Minggu (22/3), tradisi itu merupakan upaya melestarikan budaya India yang menjadi aset pariwisata Kota Padang.

Serak gulo juga merupakan wadah saling berkumpul warga keturunan India di Indonesia.

Selain itu kesamaan budaya juga membuat sejumlah festival bertema India digelar di Indonesia seperti Festival Sahabat India di Makassar, Senin (23/3).

“Pameran monumen Islam dari India dan Indonesia merupakan sebuah pameran fotografi yang dihimpun oleh fotografer ternama Benoy,” kata Konjen India untuk Indonesia Amarjeet Singh Takhi pada pembukaan pameran di Universitas Negeri Makassar, Senin (23/3).

Amarjeet menjelaskan India memiliki warisan arsitektur Islam yang luas, kaya dan beragam. Monumen-monumen tersebut menjadi harta yang tak ternilai yang merefleksikan nilai kesenian dan budaya India yang menghubungkan India dengan berbagai negara, termasuk Indonesia.

Kedutaan Besar India untuk Indonesia juga pernah mementaskan sendratari Ramayana dalam pembukaan perayaan seabad cinema India.

“Ramayana ditampilkan dalam upacara pembukaan seabad cinema India karena sarat nilai-nilai kemanusiaan dan pesan moral yang juga muncul dalam perfilman India saat ini,” kata Duta Besar India untuk Indonesia Gurjit Singh kepada Antara.

Dia mengatakan, cerita rakyat India seperti Ramayana masih mempengaruhi esensi kisah perfilman India saat ini yang tetap memuat nilai-nilai cinta dan kasih sayang.

Dia mengatakan para pemain sendratari Ramayana tidak hanya orang asli India, namun juga India keturunan Inggris, Tamil, dan bahkan orang Indonesia.

Selain itu, para penari India juga kerap tampil di sejumlah pertunjukan di Indonesia, salah satunya pada pementasan budaya “Phoolon Ki Holi” di Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 13 Maret 2015.

“Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan India kepada masyarakat Indonesia serta memberikan nilai edukasi kepada masyarakat yang berbasis pada kebudayaan dan pariwisata, khususnya dalam hal budaya dan seni,” kata Direktur Operasi PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, Retno Hardiasiwi, di Jawa Tengah, Rabu (11/3).

Kesamaan agama Hindu juga menjadi perekat hubungan antara Indonesia dan India terbukti dengan kunjungan wisatawan India ke Bali selama Januari 2015 termasuk sepuluh besar di Pulau Dewata.

“Sangat masuk akal jika turis India banyak datang berlibur ke Pulau Dewata, tentu berkat adanya persamaan budaya yang berlandaskan agama Hindu,” kata Praktisi Pariwisata Bali Made Sudana di Denpasar, Minggu (22/2).

Hubungan baik dan kerja sama kebudayaan Bali dan India diharapkan menambah gairah rakyat India berlibur ke Pulau Dewata. Selain itu munculnya pusat-pusat kebudayaan akan membuat wisatawan India betah berlibur di Indonesia.

Pada suatu kesempatan Duta Besar India untuk Indonesia, Gurjit Singh menyatakan Indonesia adalah sahabat terbaik negaranya karena kedua negara memiliki perjalanan sejarah panjang dan kebudayaan yang hampir sama.

“Kami sengaja datang langsung ke Indonesia untuk mempererat hubungan harmonis Indonesia dan India yang telah terjalin selama berabad-abad, yang kami sebut dengan Sahabat India,” kata Gurjit Singh kepada Antara, Kamis (5/3).

Pernyataan persahabatan seolah menyatakan bahwa India tetap sejajar sebagai negara sahabat bagi Indonesia sehingga segala bentuk kerja sama ekonomi dan perkembangan budaya sangat mungkin dilakukan untuk memajukan kedua negara seperti semangat yang tercetus dalam Dasasila Bandung yang menjadi rumusan pertemuan Konferensi Asia-Afrika. AN-MB