Denpasar (Metrobali.com) –

Ada indikasi dugaan kenaikan jumlah penyalahgunaan narkoba di Bali selama periode tahun 2021 kemarin dampak daripada pandemi covid-19. Hal ini disebabkan dari sebagian di ‘rumah’ kan mereka akibat pengurangan karyawan meskipun secara prosentase belum diumumkan namun secara kuantitatif penggunanya bertambah.

“Akibat finansial yang nyaris tak ada sumber-sumber penghasilan maka akhirnya beralihlah mereka menjadi bandar demi memenuhi kecanduannya,” terang Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Bali, Drs. Gde Sugianyar Dwi Putra, SH. MSi. saat ditemui disela-sela Rakorda Pelaksanaan Anggaran Tahun 2022 di Lingkup Kanwil DJPB Provinsi Bali, Selasa (25/1/2022).

Sungguh ironis memang, mestinya mereka datang kepada kami dan menyatakan kecanduannya dan bersiap untuk dilakukan rehabilitasi, “Kami akan menerima dengan tangan terbuka kedatangan mereka, jangan khawatir, kami akan melindungi ‘privacy’ mereka, dan semua biaya rehabilitasi ditanggung negara alias gratis” tutur Gde Sugianyar.

Sebenarnya untuk melaporkan diri dalam hal kecanduannya para penyalahguna narkoba bisa datang ke Kantor BNNP dan Instansi Penerima Wajib Lapor (IPWL) yang sudah disertifikasi serta beberapa BNNK di wilayah kecuali BNNK Jembrana, BNNK Tabanan dan BNNK Bangli yang belum ada fasilitas untuk itu, namun secara umum seluruh rumah sakit dan Puskesmas di Bali sudah siap untuk itu bahkan ada IPWL yang dikelola oleh beberapa komponen masyarakat,” kata Sugianyar.

Pergerakan merekapun kian masif, namun pihaknya tak ambil diam untuk tetap melaksanakan operasi sesuai motto yang dicanangkan Ka BNN RI, Komjen. Pol. Dr. Drs. Petrus Reinhard Golose, M.M. dengan ‘War on Drugs’ nya, walhasil tim Berantas telah mengamankan sekitar 3 kg jenis Sabu, Ganja hampir 100 kg, bahkan di terminal Mengwi 44 kg, di Bandara hampir 1 kg Sabu dan terakhir kemarin ada 1 kg sabu di Renon, Denpasar,” terangnya.

Seiring dengan kemajuan era digital, pemesanan ‘barang haram’ tersebut bisa dilakukan secara online di media sosial dan diduga sudah merambah sampai ke pelosok desa di Bali, hal ini yang menjadi pengamatan serius pihaknya.

“Makanya untuk itu, pihaknya selain melakukan serangkaian ‘hard power’ kami sekarang lebih fokus melakukan ‘soft power’ yaitu memberikan edukasi terkait pemahaman cegah narkoba serta mengajak para penyalahguna untuk melakukan rehabilitasi sebagai bagian dari upaya perlindungan dari negara,” ajak Sugianyar. (hd)