penjual penjor

Denpasar (Metrobali.com)-

Para pedagang mulai menjual kelengkapan penjor (bambu yang dihias) untuk Hari Raya Galungan, memperingati hari kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma, yang jatuh pada Hari Rabu, 17 Desember 2014.

Penjor terbuat dari bambu dihiasi janur atau daun lontar yang secara khusus didatangkan dari dari daerah pedesaan di Bali maupun dari Jawa seperti banyak yang dijual di depan etalase toko di tepi Jalan Raya Kerobokan, Kuta-Bali.

Penjor merupakan salah satu sarana upakara dalam hari Raya Galungan. Penjor adalah simbol dari naga basukih, dimana Basukih berarti kesejahteraan dan kemakmuran. Dalam perkembanganya hiasan penjor yang dulunya sederhana, sekarang dibuat artistik dengan estetika seni sehingga enak dipandang mata, apalagi sepanjang kanan dan kiri ruas jalan dipenuhi berbagai hiasan penjor, sehingga Bali saat itu, kelihatan begitu meriah.

Padahal hari raya suci umat Hindu itu masih lima hari lagi, namun para pedagang yang menjual pernak pernik penjor sudah mulai menyiapkan dagangannya sejak tiga minggu yang lalu, “kata Ni Ketut Chameli (45), seorang pedagang penjor Jalan .Raya Kerobokan, Kuta-Bali, Jumat.

Setiap menjelang Galungan dan Kuningan, ibu dan ke dua anaknya ini selalu menciptakan kreasi terbaru dengan tidak mengubah bentuk asli penjor tersebut sehingga mampu menarik minat beli dari konsumen dan pelanggan setianya ditengah persaingan dagang khususnya penjor makin ketat.

Ia mengatakan, untuk membeli perlengkapan penjor harga masih sama, kalaupun naik tidak seberapa, seperti halnya pernak pernik untuk satu penjor yang dijualnya adalah kesong pada upacara adat di hari biasa dijual dengan harga Rp75.000 namun pada jelang Galungan harga menjadi Rp80.000 per unit, Niu dari harga Rp10.000 menjadi Rp12.000 per unit, parasok dari harga Rp8.000 menjadi Rp10.000 per meter, sarang waluh dari harga Rp160.000 menjadi Rp170.000 per unit.

Demikian juga kelengkapan lainnya berupa sampiyan dari harga Rp60.000 menjadi Rp75.000, sanggah dari harga Rp22.000 menjadi 25.000 per unit Sedangkan sumi pada upacara adat di hari biasa dijual dengan harga Rp2.500 namun pada jelang Galungan harga menjadi Rp5.000, kain bludru dari harga Rp25.000 menjadi Rp30.000 per meter.

Kelengkapan satu set penjor berkisar antara Rp500.000 hingga Rp1.500.000 tergantung ukuran dan aneka pernak-pernik hiasan yang digunakan, dengan kelengkapan modifikasi penjor bisa agak lebih meriah dan lebih praktis, karena tinggal hanya mengikat pada bambu saja, “ujar Ni Ketut Chameli, salah seorang pengrajin sekaligus penjual penjor, di pinggir etalase nya di Jalan Raya Kerobokan, Kuta-Bali.

Adapun para pedagang di Jalan Tangkuban Perahu, I Komang Raka, Kuta-Bali untuk menjadikan satu penjor saat ini cukup mudah dan praktis, lain halnya dengan jaman dulu, tiap rumah orang Hindu harus membuatnya sendiri dan menghabiskan waktu sekitar satu minggu, bila saat ini dengan perkembangan zaman yang ada, orang tinggal pesan saja, bila tidak mau repotnya.

Ia menjelaskan, untuk pembuatan satu penjor lengkap dengan pernak pernik yang meriah cukup membutuhkan dana sekitar Rp1.500.000 hingga Rp2.000.000, dan langsung diantarke pemesan atau “online order”.

Salah seorang pembeli pernak pernik penjor, Ni Made Ayu Acchoda, mengatakan, menurutnya dengan adanya pedagang seperti ini cukup membantu sekali, karena sekarang orang banyak disibukkan dengan kegiatan dan acara. tapi ada juga yang meluangkan waktu untuk membuat penjor sendiri.

Sudah setiap Galungan umat Hindu selalu membuat penjor, tapi karena aktivitas terlalu padat dan kurangnya pemahaman tentang cara membuat penjor, ya cari praktisnya saja, ujar dia. AN-MB