Ir. Soekarno

Denpasar, (Metrobali.com)-

Ulang tahun Ir. Soekarno jatuh pada tanggal 6 Juni 2023. Rencana perayaan Hari Ulang Tahun Bung Karno akan dirayakan Selasa 6 Juni 2023 di Puri Satria Denpasar. Namun di balik nama besar Bung Karno tersebut, penguasa di Bali mengamalkan ajara Bung Karno bukan dengan niat tulus, tetapi sebagai agenda politik jangka pendek.

Hal itu dikatakan pengamat politik Jro Gde Sudibya dan sesepuh PDI Perjuangan Cokorde Ratmadi, Sabtu 3 Juni 2023 dalam rangka menyambut hari ulang tahun Bung Karno pada 6 Juni 2023 mendatang.

Menurut Sudibya, Bung Karno dikultuskan di Bali, akan tetapi bukan dengan niat tulus, tetapi sebagai agenda politik jangka pendek. “Dan, ada yang memanfaatkan nama besar Bung Karno untuk kepentingan politik sesaat.

“Kultus individu, adalah sikap hidup yang sangat dibenci Soekarno, karena gerakan kebangsaan adalah bermakna kembar: melawan penjajahan, menghabiskan feodalisme,” kata Gde Sudibya kepada Metrobali.com.

Jro Gde Sudibya

Dikatakan, mereka yang mengklaim diri “anak ideologis ” Soekarno, tetapi haus kekuasaan, merevitalisasi bentuk-bentuk baru feodalisme, seperti: sikap otoriter, kekuasaan yang hegemonik yang tidak berempati pada rakyat, “adigung adi kuasa”, sebetulnya Soekarnois palsu, dalam ungkapan pribahasa “musang berbulu ayam”.

“Kemunafikan model begini harus diwaspadai oleh anak-anak bangsa yang mencintai negeri ini, sebagian dari mereka adalah “DNA” 1945, dari “sananya””darah” mereka Merah Putih.
HBD Bung, seperti spirit Bung “ever on ward never retreat”.

Cok Ratmadi

Sementara itu, tokoh puri Satria yang juga Sesepuh PDI Perjuangan Cok Ratmadi, mengungkapkan, Bung Karno adalah sahabat Cokorde Sayoga (Puri Satria). Hubungan dan persahabatan yang baik kedua tokoh ini sampai saat sekarang diwariskan kepada putra putra Sayoga.

Oleh karena itu, kata Cok Ratmasi Puri Satria tetap menghormati beliau sebagai tokoh bangsa. Selain itu, puri Satria juga mengamalkan ajaran beliau dalam keseharian.

“Tidak seperti sekarang, penguasa hanya menggunakan figur dan ajaran Bung Karno sebagai kedok saja. Akan tetapi, prakteknyan sangat jauh menyimpang dari ajaran Bung Kano, ” kata Ratmadi.

Catatan, Jro Gde Sudibya, anggota PAH Dua MPR RI 1999 – 2004, yang ikut berjuang keras bersama Mas Permadi SH, “penyambung” lidah Bung Karno, untuk mencabut Tap MPRS No.33/MPRS/1967, Tap MPRS yang mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, tetapi gagal.

Sementara Cokorde Ratmadi adalah Putra Cok Sayoga, sesepuh PDI perjuangan, mantan bupati Badung, mantan Ketua DPD PDI Perjuangan Badung, mantan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) utusan daerah Bali.(Adi Putra)