Foto: Anggota Badan Sosialisasi MPR RI Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI, kepada aparatur pemerintahan desa dari dua desa yakni Desa Bungaya dan Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, Rabu (27/10/2020).

Karangasem (Metrobali.com)-

Anggota Badan Sosialisasi MPR RI Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) terus secara maraton dan konsisten hadir mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI.

Kali ini, politisi senior yang akrab disapa Gus Adhi ini mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI kepada aparatur pemerintahan desa dari dua desa yakni Desa Bungaya dan Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.

Acara sosialisasi Empat Pilar MPR RI ini dilaksanakan di Balai Masyarakat Banjar Desa, Desa Bungaya, Rabu (27/10/2020) yang berdekatan pula dengan momentum Peringatan 93 Tahun Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 2021. Turut hadir Perbekel Desa Bungaya Made Putra Darmayasa dan Perbekel Desa Bungaya Kangin Ida Bagus Nyoman Sudira.

Adapun Empat Pilar MPR RI yang disosialisasikan Gus Adhi yang merupakan Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali ini yaitu, Pancasila sebagai Dasar Ideologi Negara, UUD Tahun 1945 sebagai konstitusi negara serta ketetapan MPR, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara, dan Bhinneka tunggal Ika sebagai semboyan negara.

Gus Adhi memberikan apresiasi kepada aparatur Desa Bungaya dan Desa Bungaya Kangin, Karangasem dan masyarakat yang antusias mengikuti sosialisasi Empat Pilar MPR RI ini untuk bersama-sama juga menggaungkan dan membumikan Pancasila.

“Dengan terus membumikan Pancasila dan mendekatkan Pancasila ke masyarakat kita, mengingatkan pentingnya kehidupan dilaksanakan berdasarkan Pancasila. Dengan begitu kita terhindar dari krisis ideologi,” ujar Anggota Komisi II DPR RI ini.

Gus Adhi juga mengapresiasi pemahaman masyarakat Desa Bungaya dan Desa Bungaya Kangin terhadap Empat Pilar MPR RI termasuk spirit gotong royong masyarakat setempat dalam menghadapi dan menangani pandemi Covid-19.

“Saya apresiasi pemahaman masyarakat tentang Empat Pilar, kepribadian dan jati diri bangsa, keanekaragaman budaya, saling memperhatikan dengan rasa dan gotong royong dalam masa pandemi ini,” tutur Gus Adhi.

Sebelumnya dalam paparannya, Gus Adhi menekankan pentingnya Empat Pilar MPR RI dalam menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia serta eksistensi Indonesia sebagai negara besar. Tanpa Empat Pilar rumah besar Indonesia yang kokoh dan mewah ini tidak berarti apa-apa.

“Maka saya hadir ingatkan pentingnya Empat Pilar dilaksanakan. Sebab ada goncangan dari segala penjuru, atas bawah, kanan kiri sangatlah besar,” tegas Gus Adhi yang juga Ketua Harian Depinas SOKSI ini.

Gus Adhi juga mengingatkan berbagai hasil survei yang menunjukkan ancaman dari paham radikal di NKRI. Penghayatan dan pengalaman nilai-nilai Pancasila ini penting sebab bangsa ini menghadapi ancaman radikalisme dan intoleransi.

Sejumlah hasil penelitian menggambarkan betapa bahayanya kondisi saat ini jika Pancasila tidak hadir. Penelitian dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarief Hidayatullah Jakarta menunjukkan bahwa 63 persen guru memiliki opini intoleran terhadap agama lain.

Tak hanya itu, Ryamizard Ryacudu saat menjabat sebagai Menteri Pertahanan menyebutkan bahwa sebanyak 3 persen anggota TNI juga terpapar ekstrimisme. Kemudian survei Alfara pada 2018 menunjukkan bahwa sebanyak 14,9 persen PNS tidak setuju Pancasila.

Berdasarkan Pusat Studi Islam dan Transformasi Sosial (CISFrom) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, 36,5 persen mahasiswa Islam setuju dengan khilafah. Terakhir,  Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2018 mengemukakan bahwa tujuh kampus di Indonesia juga terpapar ekstrimisme agama.

Atas berbagai hasil survei tersebut, Gus Adhi lantas menekankan pentingnya semua kalangan agar memegang teguh Pancasila, mengingat isi teks Pancasila dan mengamalkan nilai-nilai ajaran luhur Pancasila termasuk secara keseluruhan mengenai Empat Pilar MPR RI.

Sebab sangat bahaya jika nilai-nilai luhur Pancasila tidak dijalankan dalam keseharian. Degradasi moral anak bangsa yang terjadi saat ini juga karena imbas dari mulai dilupakan dan diabaikannya Pancasila.

Wakil rakyat yang dikenal dengan spirit perjuangan “Amanah, Merakyat, Peduli” (AMP) dan “Kita Tidak Sedarah Tapi Kita Searah” ini  menegaskan bangsa dan negara yang kuat adalah yang mampu memegang teguh falsafah negara. Sebaliknya suatu bangsa dan negara bisa hancur berkeping-keping, terpecah belah jika tidak mampu memegang teguh falsafah negara.

Karenanya Indonesia jika ingin tetap eksis terus sebagai bangsa dan negara yang kuat, besar dan menjadi negara maju maka harus tetap berpegang teguh pada Pancasila sebagai falsafah negara Indonesia.

“Irak, Libya, Yaman, Syria hancur karena tidak kuat pegang falsafah negaranya. Maka Indonesia harus kuat pegang falsafah negaranya yakni Pancasila. Jangan lagi Pancasila seperti diberikan ke pasar bebas, bisa diadakan bisa tidak,” pungkas Gus Adhi yang juga Ketua Depidar SOKSI Provinsi Bali itu. (wid)