Denpasar, (Metrobali.com)-
Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan, tidak benar ada warga di luar Bali eksodus ke Bali. Itu informasi yang dibesar besarkan dan didramatisir.
Hal itu dikatakan Gubernur Bali Wayan Koster pada acara Wawancara Eksklusif terkait penanganan Covid-19 di Bali, di Rumah Jabatan Jaya Sabha, Denpasar pada Senin (30/3).
Dikatakan, arus masyarakat ke Bali dikecualikan untuk logistik, keamanan, dan kepentingan sangat darurat masih diperbolehkan. “Namun Kalau untuk tujuan wisata atau kunjungan lain, saya minta untuk dicegat saja di pelabuhan,” kata Koster.Ia mengatakan, adanya isu eksodus ke Bali, saya sudah cek. Ternyata itu adalah warga Bali yang pada saat Nyepi pulang ke kampungnya. Mereka warga yang tinggal dan beralamat di Bali. Jumlahnya pun tidak sampai 40 ribu, saya punya datanya dan totalnya kurang lebih 11 ribu orang.

” Mohon kepada semua pihak, jangan menilai itu orang baru. Itu warga Bali yang pulang kembali. Mereka punya hak untuk balik ke Bali. Yang penting kita tangani secara protokol kesehatan,” kata Ketua DPD PDI Perjuangan Bali itu.

Koster menegaskan, penetapan status siaga darurat sampai saat ini masih sampai 30 Maret pukul 24.00. ” Nanti saya akan rapat lagi dengan Satgas mengenai kebutuhan dan arahan pusat. Apakah perpanjang atau tingkatkan statusnya akan dibahas lagi.”

“Saya menganggap di tengah upaya-upaya kita bersama, semuanya perlu bersatu padu. Seluruh lembaga, tokoh masyarakat, harus bahu membahu menghadapi masalah ini. Dalam konteks itu harus dilepas identitas-identitas subyektif pada hal tertentu. Politik atau partai politik. Jangan ada yang malah cari panggung, ambil kesempatan, ngomong seenaknya, sudutkan pmerintah, menyerang. Ini sangat tidak arif,” katanya.

Dikatakan, harusnya semuanya mengeluarkan sesuatu yang konkrit, apa yang dilakukan? Jangan malah kontra produktif. Ini masalah besar yang kita hadapi. Jangan malah cari panggung politik. Nanti pilkada atau pemilu silahkan, akan saya hadapi.

Situasi sekarang harus dihadapi dengan niat. Jangan nyinyir, salahkan orang, tapi diam tidak lakukan apa-apa. Pemerintah  disebut gabeng padahal kurang tegas apa lagi. Kebijakan yang dilakukan, tidak selalu harus diomongkan tiap menit cari popularitas.

Masukan-masukan yang tidak bisa dijalankan, ada yang merupakan kewenangan pusat, bukan kewenangan saya sebagai gubernur. Sesuai kewenangan di daerah masing-masing. Secara optimal dan terukur. Saya mempertanyakn orang-orang yang mempertanyakan saya, apa bukti dari mereka? Apa yang mereka bisa lakukan?

Sampai saat ini PDP sebanyak 141 orang. Sebanyak  41 masih dirawat. 90 negatif dan 10 positif. 5 WNA (2 meninggal), dan 5 WNI. 1 orang sudah dikonfirmasi sembuh. Sudah negatif. Ini kemajuan bagi kita.

Akan ada lagi warga Bali yang bekerja dan sekolah di luar negeri yang kembali. Kita siapkan pintu penerimaan di bandara, protap ketat dengan protokol kesehatan dan tempat karantina representatif. 1000 tempat tidur yang layak, ber-ac. Lebih baik dari fasilitas karantina di Pulau Natuna,  konsumsi gratis, cek kesehatan dll. Dikawal ketat TNi/Polri.

Sebagai destinasi wisata dunia, banyak yang mengkhawatirkan Bali. Namun banyak menteri memberikan apresiasi, bahwa baru ada 10 orang positif Covid-19 di Bali. Bandingkan dengan provinsi lain?

“Transmisi lokalnya sangat tinggi. Jadi kalau dilihat sebenarnya Satgas dan kebijkan menurut saya sudah berjalan. Masa’ sudah begitu dibilang tidak tegas. Jangan-jangan orang yang mengatakan itu yang malah tidak berani berbuat,” kata Koster.

“Saya berharap semua warga disiplin, untuk menyelamatkan semua warga masyarakat Bali. Tertib dan disiplin pada arahan pemerintah, inilah satu-satunya cara. Diam di rumah, jaga kesehatan, konsumsi makanan sehat, jangan menganggap remeh. Bisa berdampak pada banyak orang. Jangan bengkung, egois dan benar sendiri,” kata orang nomor satu di Bali itu.

Editor : Nyoman Sutiawan