Foto: Direktur Utama GTS (Good-Trustworthy-Smart) Institute Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H.,M.M.,M.H.,(tengah) saat  bersama anak-anak Yayasan Amara Bhawana Sastra (ABSA) di sela-sela Aksi Parenting GTS  Institute Bali dengan tema “Bonding dengan Anak Zaman Now.

Bangli (Metrobali.com)-

Direktur Utama GTS (Good-Trustworthy-Smart) Institute Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H.,M.M.,M.H., mengingatkan pentingnya bonding atau ikatan lahir batin orang tua khususnya ibu dengan anaknya.

Sebab bonding yang terjalin sejak anak masih dalam kandungan dengan sang ibu berperan penting bagi perkembangan anak di tahap berikutnya.

Sayangnya proses bonding ini kerap terpotong. Salah satunya bisa karena orang tua atau sang ibu kecanduan media sosial (medsos) sehingga tidak fokus dalam mengasuh anaknya.

Seperti yang kerap ditemukan, tidak jarang ibu-ibu mengasuh anaknya sambil mengutak-atik akun medsos.

“Candu medsos bisa jadi salah satu penghambat bonding, ikatan lahir batin antara ibu dengan anak. Ini harus diperhatikan,” kata Tini Gorda.

Hal ini diungkapkan di sela-sela acara Aksi Parenting GTS  Institute Bali dengan tema “Bonding dengan Anak Zaman Now” Minggu pagi (9/6/2019) di Yayasan Amara Bhawana Sastra (ABSA), Banjar Susut Kaja, Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli yang berlangsung hangat dan penuh keceriaan.

Aksi parenting (pengetahuan dan keterampilan mengasuh dan mendidik anak) ini untuk memberikan edukasi dan pemahaman khususnya kepada orang tua bagaimana menjalin  bonding (ikatan lahir batin) yang kuat dengan anak-anak yang akan menjadi generasi emas Indonesia tahun 2045.

Tini Gorda yang juga mantan Ketua Perdiknas Denpasar ini menjelaskan dalam mengasuh anak panca indera ibu haruslah fokus kepada anak. Panca indera harus benar-benar dipakai untuk memperhatikan semua yang terjadi pada reaksi anak saat sang ibu melakukan pengasuhan.

Jika ibu sudah sampai kecanduan medsos sudah sangat jelas panca indera tidak tertuju pada anak tetapi pada konten sosmed tersebut. Hal ini jelas sangat menghambat bonding.

“Karena kunci dari bonding itu adalah tulus dengan keikhlasan untuk melakukan pengasuhan. Ada rasa yang bermain dalam pengasuhan,” tegas Tini Gorda yang juga Ketua DPD IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Provinsi Bali itu.

Ada beberapa dampak negatif ketika sang ibu mengasuh anak sambil bermain medsos. Pertama, yang pasti bonding atau ikatan lahir batin tidak terjadi. Kedua, anak bisa jadi acuh tak acuh karena tidak mendapat kasih sayang penuh.

Ketiga, anak bisa menjadi sulit dikendalikan. Keempat, bahkan hingga bisa terjadi hilang rasa kasih sayang.

“Untuk itu ibu yang kecanduan medos harus menghilangkan. Atau paling tidak jangan main medsos saat mengasuh atau bersama anak,” ujar Tini Gorda yang juga Ketua BKOW (Badan Kerjasama Organisasi Wanita) Provinsi Bali itu.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan ibu untuk menghilangkan candu medsos. Pertama tentu harus menyadari dampak negatifnya. Kedua harus ada komitmen siap dan mau berubah.

Ketiga, kembali pada komit tujuan perkawinan untuk bersama-sama membesarkan anak. “Yang paling penting harus disadari anak adalah anugerah yang wajib dijaga,” tegas Tini Gorda.

Aksi Parenting Disambut Antusias

Sementara itu Aksi Parenting GTS Institute Bali dengan tema “Bonding dengan Anak Zaman Now” ini disambut antusias para peserta yang terdiri dari kalangan orang tua, guru, dan sejumlah organisasi terkait.

GTS Institute Bali juga ingin mengubah cara pandang atau paradigma terkait parenting.  Sebab parenting harus menjadi kebutuhan orang tua, keluarga bukan sekedar program yang lahir dari inisiatif lembaga terkait. Orang tua harus punya inisiator untuk memahami lebih jauh terkait parenting.

Untuk itulah GTS Institute Bali hadir untuk ikut membantu membangun kesadaran orang tua tentang pentingnya memahami parenting.

“Kami hadir sebagai pemotong mata rantai permasalahan krisis parenting di keluarga. Kami lakukan premtif dan preventif. Sebab lembaga pendidikan pertama dan utama ada di keluarga,” tandas Tini Gorda.

Kolaborasi dengan ABSA Cetak Generasi Emas

Sementara itu Ketua Yayasan Amara Bhawana Sastra (ABSA) I Wayan Juni Artayasa menyambut baik kehadiran GTS Institut yang juga berkolaborasi dengan yayasan yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, agama dan budaya ini.

“Kami siap bersinergi dengan GTS dalam meningkatkan kualitas SDM dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat serta mencetak generasi emas 2045,” kata Juni Artayasa didampingi Sekretaris Yayasan Ketut Teja Artha dan Bendehara Yayasan Ni Made Sri Puspayani.

GTS Institut Bali mengusung visi menjadi pusat pembelajaran peningkatan kualitas SDM. Organisasi ini mengedepankan sejumlah misi. Pertama menyelenggarakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyenangkan bagi generasi emas.

Kedua, menyelenggarakan pelatihan keahlian dan keprofesionalan SDM yang beretika. Ketiga, menjadi mitra diskusi pemerintah, swasta, sekolah, masyarakat terkait SDM. Keempat, membuat kajian-kajian.

Salah satu progam unggulan dari lembaga yang bernaung di bawah Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) Provinsi Bali yang beralamat di Jalan Tukad Batanghari XI C, No.17, Panjer, Denpasar ini yakni diklat (pendidikan dan pelatihan) bagi calon ayah dan ibu.

Diklat ini diperuntukkan bagi kalangan laki-laki dan perempuan mulai usia 18 tahun-akan menikah guna mempersiapkan mereka menuju jenjang berumah tangga, menjadi calon ayah dan ibu. (wid)