generasi muda

Jakarta (Metrobali.com)-

Ketua Yayasan Bina Nurul Fikri Drs. Musholi mengatakan generasi muda harus fokus dalam membangun kompetisi diri untuk menghadapi persaingan global.

“Persoalan yang dihadapi bangsa ini membutuhkan kompetensi dan kapabilitas tinggi,” katanya dalam National Leadership Camp yang diselenggarakan PPSDMS di Jakarta dan diikuti oleh 300 mahasiswa dari beberapa daerah di Indonesia, Minggu (24/8).

Menurut dia, saat ini kaum muda Indonesia dimanja dengan berbagai fasilitas, terutama di bidang komunikasi dan informasi. Namun, sebagian lupa membangun kompetensi diri dan jaringan. Akibatnya ialah mereka mengalami kesulitan saat memasuki dunia kerja dan profesi yang penuh persaingan.

“Tokoh muda, apalagi mahasiswa di kampus, biasanya aktif di berbagai kegiatan. Energi mereka terkuras untuk merespon banyak hal, sehingga tidak fokus meningkatkan kompetensi atau mengasah kreativitas,” katanya.

Di samping itu, katanya, mahasiswa jarang berinteraksi dengan masyarakat yang majemuk. Kemajemukan tak bisa dinegasikan, namun disiasati dengan mencari titik temu dari berbagai aspirasi.

“Untuk itu, harus ditumbuhkan sikap rendah hati, obyektif, terbuka dan moderat dalam menghadapi berbagai perbedaan. Sikap ekstrem akan memunculkan tindakan anarkis seperti ISIS –yang meresahkan mayoritas umat,” jelas Musholi.

Hal senada dikatakan oleh Anggota DPD RI, Abdi Sumaithi. Ia mengatakan pemuda yang hidup di tengah masyarakat majemuk harus merawat idealisme yang disemai dalam keluarga atau kampus.

“Jangan larut di tengah pergaulan. Jika melihat budaya masyarakat yang dekaden, maka kita harus berupaya memperbaikinya,” ujar penulis beberapa buku tentang politik Islam tersebut.

Abdi mengingatkan hidup manusia di dunia hanya sebentar persis seperti mahasiswa di kampus cuma beberapa tahun mampir, karena itu, integritas harus dibuktikan dalam tindakan nyata. “Jangan sampai banyaknya fasilitas justru memperdaya kita, lalu lupa misi perjuangan yang sesungguhnya.” “Akibatnya banyak tokoh muda terjerembab saat di puncak karir atau mencapai popularitas,” katanya.

National Leadership Camp yang diselenggarakan PPSDMS berasal dari sembilan PTN yang tinggal di asrama Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Makassar.

Salah seorang peserta baru PPSDMS Regional 4 Surabaya adalah Fauzan Fikri, mahasiswa jurusan sistem perkapalan ITS.

“Saya aktif sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan, tapi sejalan dengan pengembangan profesi. Bulan Juli lalu kami ikut International Maritime Solar Boat Competition di Belanda,” katanya.

“Peserta berasal dari 23 negara. Asia hanya diwakili Tiongkok, Bahrain, dan Indonesia. Negara lain anggota Asean tidak ada sama sekali,” ungkap Fauzan.

Ia mengatakan Tim Indonesia diwakili ITS dan terdiri atas delapan mahasiswa dan dua dosen. Selama 20 hari mereka keliling beberapa kota di Belanda dengan menggunakan kapal tenaga surya buatan Indonesia.

“Itu bukti industri maritim Indonesia bisa eksis dengan dukungan teknologi canggih dan spirit kaum muda,” katanya. AN-MB